Nama : Fatma
NIM :
12/336677/PSA/07190
Anthony
H. Johns dalam Paper ini membandingkan
Historiografi tradisional jawa yakni Pararaton dan Babad Tanah
Jawi . Antony H. Jhons menilai bahwa Pararaton merupakan kualifikasi
epistimologi Historiografi Jawa dari Singasari-Majapahit periode (1222-1451). Babad
Tanah Jawi, merupakan bentuk historiografi Jawa pada abad ke-17. Menurut
Anthony H. Jhons bahwa dimata sebagian besar ilmuwan eropa menganggap kedua
historiografi ini hanyalah sebatas dongeng atau
mitos. Tetapi, ia melihat
ternyata ditemukan realitas dan fakta didalam Pararaton dan Babat
Tanah Jawi. Anthony H. Jhons juga
melihat hal yang sama terjadi pada penulis-nulis sejarah di Indonesia.
Menurutnya Sejarawan Indonesia masih kurang menggunakan mitos sebagai sumber
sejarah.
Pararaton dan Babad Tanah
Jawi menceritakan tentang penguasa Jawa dizaman yang berbeda. Keduannya
memiliki perbedaan dari sudut penceritaan, Pararaton menceritakan
bagaimana Ken Arok menjadi pemimpin Kerajaan Singhasari dan Majapahit.
Sedangkan Babad Tanah Jawi menceritakan asal usul Senopati sebagai penguasa
Mataram. Pada Kitab Pararaton, sosok Ken Arok tidak memiliki hubungan
darah dengan penguasa kerajaan sebelumnya, berbeda dengan Babad Tanah Jawi, sosok
Senopati dianggap memiliki trah dengan penguasa kerajaan sebelumnya.
Anthony Johns melihat bahwa Pararaton dan Babad Tanah Jawi
sebagai bentuk legitimasi kekuasaan penguasa.
Menurut penilaian Anthony Johns, bahwa cerita tentang Ken Arok
sebelum menjadi raja tidak dapat dianggap sebagai sejarah, dalam arti bahwa fakta
didalamnya perlu diverifikasi, tetapi cerita setelah Ken Arok diangkat sebagai
raja dianggap memiliki nilai sejarah. Untuk membuktikannya, perlu dibandingkan
dengan bukti-bukti lain, seperti prasasti dan berita-berita Cina. Kedua kitab
ini memiliki persamaan yaitu adanya sinkretisma antara ajaran Hindu-Budha dan
Islam. Pararaton menjelaskan bahwa Ken Arok adalah titisan Dewa
Brahma. Babad Tanah Jawi
menjelaskan silsilah Senopati berasal dari Nabi Adam sampai Dewa-Dewa. Babad
Tanah Jawi mengambarkan adanya sinkertisme ajaran agama Hindu-Budha dengan
ajaran Islam.
Mitos dan simbol
memainkan peran yang sangat banyak di Babad Tanah Jawi dari pada Pararaton.
Babad ditulis oleh Pujangga. Kerajaan di Jawa pada zaman dahulu memiliki
Pujangga Istana. Pujangga tersebut menuliskan cerita dalam Babad sesuai
dengan kondisi kerajaan. Namun, terkadang Babad dan Pararaton
ditulis berdasarkan kepentingan kerajaan pada masa itu.Mitos dalam Pararaton
dan Babad Tanah Jawi diinterpretasikan oleh Anthony Johns sebagai
bentuk pemahaman Orang Jawa terhadap fungsi penguasa bagi kehidupan manusia,
dalam hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos serta sifat keilahian yang
dimiliki oleh penguasa. Misalnya, Pararaton menjelaskan bahwa Ken Arok
memiliki kualifikasi peran cosmiknya yang mampu melegitimasi dirinya sebagai
Raja.
Menurut Anthony H. Jhons bahwa penulis yang
tidak menggunakan mitos sebagai sumber sejarah disebut penulis sekuler.
Menurutnya, didalam mitos memuat nilai-nilai kultural dalam masyarakat
tersebut. Selain itu, perbedaan Pararaton dan Babad Tanah Jawi
yaitu pada cara dimana kualitas keduannya diindikasikan, karena Pararaton hanya menjelaskan secara
garis besar sedangkan Babad Tanah Jawi dijelaskan lebih terstruktur. Setelah
membandingkan kedua Historiografi tradisional tersebut, Anthony Johns
berkesimpulan bahwa Babad Tanah Jawa memiliki persamaan dari Babad
yang telah ada sebelumnya, seperti Babad Demak dan Babad Pajang. Akan
tetapi telah dilakukan penyesuaian sesuai dengan kontek jiwa zamannya (zeith geiz). Anthony
Johns menunjukan bahwa Pararaton dan Babad Tanah Jawi
telah menjelaskan kesinambungan dan
perubahan dalam masyarakat Jawa. Anthony H. Johns juga melihat bagaimana mitos
mempengaruhi pemikiran penulis sejarah.
Mitos harus dilihat dari dua sisi, pertama dari
sudut pencerita dan orang yang mempercayai mitos. Pararaton dan Babad
Tanah Jawi ditulis untuk melegitimasi kekuasaan Raja-Raja pada masa itu.
Sehingga, masyarakat jawa mempercayai bahwa Raja mempunyai kekuatan lain diluar
kemampuan manusia biasa. Keberadaan Mitos dalam kehidupan masyarakat tidak
dapat dipandang sebagai cerita dongeng belaka. Mitos dalam Pararaton dan
Babad Tanah Jawi tetap dipercaya oleh masyarakat jawa sebagai eksistensi
penguasa atau raja. Oleh karena itu, menurut Anthony H. Jhons Mitos dapat
dijadikan sumber sejarah karena memuat realitas dan fakta pada zamannya.
Artikel ini telah menginspirasi sejarawan baik didalam maupun diluar negeri
untuk menjadikan naskah sebagai sumber sejarah. Secara tersirat Anthony H. Jhon
mengajak sejarawan untuk menulis sejarah menggunakan sumber-sumber lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar