Fatma
12/336677/PSA/07190
Penulisan
sejarah Indonesia selalu menghadirkan kolonial sebagai penjajah. Sehingga
Historigrafi Kolonial Indonesia umumnya membicarakan persoalan politik dan
ekonomi. Namun, tidak pernah
menghadirkan persoalan lain dari kehadiran Kolonial di Indonesia. Bangsa
Kolonial selalu dipandang sebagai kaum imperial. Pandangan seperti ini
memunculkan historiografi dengan cara Imperialisme. Cara pandang imperialisme selalu
melihat peristiwa yang terjadi dengan cara barat. Muncul pertanyaan, bagaimana
pengaruh imperialisme dalam penulisan sejarah?
Pada bagian pertama
buku ini penulis mendiskusikan dan mengkontekstualisasikan empat konsep yaitu
imperialisme, sejarah, penulisan dan teori. Istilah-istilah tersebut tampak
seperti pilihan ganjil, karena ada konsep-konsep lain seperti ‘penentuan nasib
sendiri’ (self determination)’ atau ‘kedaulatan’ yang biasa dipakai wacana bangsa
terjajah. Dari perspektif bangsa terjajah, kata-kata itu menjadi problematik.
Menurut Linda (2005:3) bahwa “Dekolonialisasi adalah proses yang berurusan
dengan imperialisme dan kolonialisme di segala lapisan”. Hal ini juga muncul dan mempengaruhi
metodologi penelitian sejarah bangsa terjajah.
Hal menarik yang
ingin disampaikan penulis dalam bab pertama buku ini adalah penulisan sejarah
sejauh ini masih menghadirkan dua perspektif yaitu bangsa terjajah dan
penjajah. Kedua perspektif ini selama ini selalu dihadirkan dengan benar dan
salah. Dalam sumber imperial kolonial dihadirkan sebagai pahlawan, penemu dan
petualang, atau ‘bapak’ kolonialisme. Namun, dalam sumber bangsa terjajah
mereka adalah sosok yang tidak terpuji dan bukan pahlawan penakluk.
Munculnya
pandangan Indonesiasentris menjadi bentuk perlawanan Indonesia sebagai bangsa
terjajah dalam penulisan sejarah Indonesia. Sejarawan Indonesia mencoba keluar
dari penulisan sejarah yang selalu mengunakan sumber kolonial, dengan
menggunakan sumber-sumber lokal. Sumber kolonial dipandang sebagai sumber yang
selalu mengutamakan kepentingan kolonial. Sumber lokal dipandang sebagai sumber
yang mewakili bangsa Indonesia. Akibatnya, seperti tradisi historiografi
kolonialsentris yang ingin digantikan.[1]
Historiografi Indonesiasentris seharusnya mampu menjelaskan, memahami
imperialisme dan kolonialisme sebagai bagian pengalaman historis bangsa
Indonesia yang tak pernah bisa dipisahkan.
Penulis
memberikan alternatif lain penulisan sejarah dari kedua perspektif tersebut, sehingga
sejarawan mampu berada ditengah kedua perspektif tersebut. Linda ingin
menyampaikan bahwa seorang sejarawan seharusnya mampu menghadirkan “sejarah
yang berimbang”, tidak hanya persoalan baik-buruk, hitam-putih. Agar dapat
menghadirkan “sejarah yang berimbang,” Linda mencoba menghadirkan pentingnya
penggunaan sumber atau literatur dalam penelitian dan penulisan sejarah. Pembacaan
sumber menjadi penting dalam penelitian karena akan memunculkan interpretasi
yang berbeda atas suatu peristiwa. Dengan cara ini, seorang sejarawan akan
mampu membaca sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan konteks waktunya.
Salah satu
contohnya adalah penulisan sejarah perempuan Misalnya, dalam kasus Sulawesi Tengah
ditemukan dalam salah satu arsip kolonial yang menuliskan sosok seorang
perempuan bernama Rantinadja yang menolong tentara Belanda dari kejaran tentara
Jepang. Rantinadja setiap hari membawakan makan kepada tentara tersebut dengan
jaminan nyawanya. ketika kasus seperti ini coba dijelaskan dari perspektif
Indonesiasentris, maka makna yang tersirat dalam peristiwa sejarah ini tidak
akan pernah terjelaskan dengan baik. Ketika sisi kemanusian orang lokal
berhasil menghapus memorinya tentang bangsa kolonial sebagai penjajah yang
jahat.
Indonesiasentris
yang dimaksudkan bukanlah sebuah penjustifikasian terhadap kebenaran perspektif
dari Indonesia, melainkan sebuah perpaduan berbagai sumber, baik lokal maupun
kolonial. Intinya adalah menyeimbangkan pandangan kolonial terhadap Indonesia
dan pandangan orang Indonesia (lokal) terhadap dirinya sendiri. Inilah yang
menjadi soal selama ini, karena belum banyaknya kajian yang menggunakan
metodologi seperti itu. Sehingga tugas terpenting kini, yaitu menulis sejarah
dengan car tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar