Review Buku
Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia
Syed Farid Alatas
Syed Farid Alatas
Roger Kembuan
Pendahuluan: Masalah-Masalah yang Melingkupi Ilmu Sosial di Asia
Ada
beberapa hal yang menarik ketika membahas buku Diskursus Alternatif dlam Ilmu
Sosial Asia dari Syed Husein Alatas yang diterbitkan Mizan Press tahun 2010. Yang
pertama ialah, Kritik dari Syed Husein Alatas mencakup tinjauan terhadap
Orientalisme, Eurosentrisme, Captive Mind (keterbelengguan pikiran),
Imperialisme Akademis dan kebergantungan akademis yang kemudian menyadarkan
kita akan perlunya sebuah pemikiran alternatif yang membebaskan. Pemikiran yang
nantinya menghasilkan pengetahuan terdekolonisasi terutama tradisi ilmu sosial
di Asia yang otonom. Sebuah upaya yang oleh Syed Husein Alatas ditujukan untuk
mewujudkan ilmu sosial Asia yang mengimbangi Ilmu sosial Eropa.
Kedua,
Dominasi Barat (Eropa-Amerika) di hampir seluruh penjuru dunia tidak hanya
dalam soal kecanggihan teknologi, tapi juga ilmu pengetahuan, salah satunya
adalah ilmu sosial. Di Asia, ilmu sosial diperkenalkan oleh Barat, kemudian
dikembangkan melalui lembaga-lembaga perguruan tinggi (universitas-universitas
yang didirikan oleh Barat atau pemerintah lokal tapi mengajarkan ilmu-ilmu
sosial) dengan mengacu pada hanya satu sumber pengetahuan Barat, sehingga
membuat ilmu-ilmu sosial Asia banyak terpengaruh Barat (Eurosentrisme).
Syed
Farid Alatas, Associate Profesor di Departemen Sosiologi National University of
Singapore, dalam buku ini memaparkan cukup luas kondisi ilmu sosial Asia,
menanggapi dan mengkritisi ilmu sosial Asia yang Eurosentris, serta
mengupayakan pengembangan diskursus alternatif dalam ilmu sosial Asia.
Tujuannya antara lain menjadikan Asia sebagai pusat studi ilmu sosial
(Asiasentris) dan mengapresiasi realitas-realitas Asia dengan lebih baik lagi.
Sebagai
suatu wacana alternatif, ada empat isu yang diangkat dalam buku ini yaitu:
1.
Pertentangan antara ilmu sosial nativis dan ilmu
sosial otonom
2.
Perlunya konseptualisasi yang tepat mengenai
relevansi
3.
Dampak dari relasi antara pemikiran dominan dan
pemikiran alternatif
4.
Pengajaran ilmu sosial dengan wacana alternatif
Dalam
buku ini Alatas mengemukakan bahwa produksi pengetahuan tidaklah terpisah
dengan kondisi sosial dimana pengetahuan itu berlangsung. Dominasi riset dan
penulisan ilmu sosial oleh orang barat secara langsung membuat ide-ide tersebut
diimpor dipasarkan dan dikonsumsi didunia akademik Asia. Sedangkan akademisi
dan peneliti di Asia cenderung berkutat pada topik riset masyarakatnya sendiri
dan selalu mengedpankan aspek kebijakan dan implikasinya. Sehingga membuat
karya-karya tersebut kurang memberi kontribusi pada teori sosial secara umum.
Kebergantungan akademis yang dilanggengkan melalui pelatihan dan kucuran dana
riset dari Amerika dan Eropa harus dikurangi. Prioritas tinggi haruslah
diberikan guna mengembangkan publikasi lokal seperti jurnal, kertas kerja, dan
monograf yang perlahan akan melepaskan kalangan akademisi dari keterikatan
tema-tema riset yang didikte oleh muatan publikasi Amerika dan Eropa. Jepang
telah memberi contoh bagi kita tentang bagaimana melakukan transformasi
itu.
Sedangkan disisi
sebaliknya, membanjirnya ide-ide dari buku, jurnal, artikel dari penulis barat
akhirnya menyebabkan kebergantungan akademis dalam pengajaran ilmu sosial di Asia.
Hal itu berimplikasi pada kecenderungan kita mengingkari dan mengesampingkan
kosep lokal yang seharusnya lebih tepat mengambarkan sebuah fenomena sosial. Ketika
konsep ilmu sosial yang berasal dari tradisi Yunani Romawi, Kristen-Latin dan
Eropa sering digunakan sebagai konsep yang universal (padahal seharusnya konsep
tersebut memiliki karakteristik budaya tertentu. Akibatnya, ketika hal itu
menjadi pijakan dasar dalam berpikir dan menjadi konsep dalam menjelaskan
fenomena sosial yang terjadi di Asia akhirnya menyebabkan persoalan yang pelik
dalam konteks eksplanasi dan makna terutama dalam penggunaan istilah dan
terminologi.
Secara
umum bab-bab dalam buku karya Alatas ini membahas permasalahan kritik terhadap
ilmu sosial barat (Bab I), Kondisi teori ilmu Sosial di Asia (Bab 2),
Kebergantungan Akademis dan mengapa wacana alternatif tetap terpinggirkan di
bahas di Bab 3. Bab 4 membicarakan aneka pandangan yang muncul dari kondisi
ilmu sosial di Asia. Bab 5 meneliti
tentang pertentangan antara ilmu sosial nativis dan otonom, Bab 6 membahas
konseptualisasi relevansi dan irelevansi Ilmu Sosial Asia, Bab 7 mengena
hubngan anatar wacana dan kuasa, Bab 8
mengenai pengajaran diruangan kelas dalam memecahkan wacana alternatif,
sedangkan Bab 9 mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk ilmu sosial di Asia
Hal yang bisa dimaknai dari membaca buku ini, yaitu dapat menjadi salah satu
perangsang untuk melihat kembali ilmu-ilmu sosial Asia secara kritis, kemudian
coba mengembangkan diskursus alternatif di dalamnya. Jika kita terus mendasarkan pemahaman dan teori
ilmu pengetahuan sosial dari Barat tanpa sikap kritis akan membuat Barat terus
dan makin mendominasi, hingga gilirannya mendikte kawasan Asia, terutama
kawasan yang masih berkembang. Membuat Asia akan terus merasa inferior atas
Barat. Oleh Alatas, sudah
saatnya ilmu sosial yang Asiasentris
bangkit untuk menciptakan pengetahuannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar