Nama :
Irwan
NIM :
12/339246/PSA/7258
Buku ini adalah salah satu buku yang
mengekspresikan kegeraman dan kegelisahan terhadap imperialism, penulisan
sejarah dan teori-teori mengenai dunia masyarakat terjajah oleh orang luar
(eropa). Sebagai seorang yang berasal dari wilayah terjajah, Smith tidak bisa
menerima vonis dan klaim serta konsep-konsep yang dirumuskan oleh Eropa
(colonial) tentang masyarakat dan sejarah masyarakat terjajah yang dilakukan
sambil lalu oleh para penjelajah Eropa. Para penjelajah tersebut menurut Smith
dibayar dan difasilitasi oleh pemerintahnya di Eropa untuk menemukan dunia baru
yang bisa di eksploitasi untuk keuntungan Negara-negara Eropa. Dan akibat
imperialisme tersebut juga, konsep “another”
muncul yang membedakan antar sebuah masyarakat dengan masyarakat
lainnya, seperti teori-teori perkembangan sebuah masyarakat dari primitive
menuju modern. Dikotomi masyarakat primitive identik dengan masyarakat terjajah
sementara konsep masyarakat modern adalah masyarakat Eropa sendiri. Cara Eropa
sentries yang menegasikan perspektif local, menurut Smith adalah salah satu
keburukan dari imperialism Eropa.
Dalam buku ini, Smith menekankan
perlunya dekolonisasi dan dekontruksi atas sejarah dan teori-teori yang dibuat
oleh kolonial terhadap masyarakat terjajah. Menurut Smith, Imperialisme tidak
selesai begitu saja seiring dengan kebebesan dan kemerdekaan wilayah masyarakat
terjajah setelah perang dunia ke 2, namun imperialism telah memberi dampak luar
biasa pada masyarakat terjajah dalam kultur dan pengetahuan mereka.
Imperialisme membuat masyarakat terjajah memandang dirinya rendah dan
seakan-akan sejarahnya baru dimulai setelah kedatangan colonial ke tempatnya.
Menurut Smith, Imperialisme dilakukan dalam empat cara yaitu;
- Imperialisme
sebagai gerakan ekspansi ekonomi
- Imperialisme
sebagai penundukan others
- Imperialisme
sebagai sebuah konsep, gagasan dan aplikasinya
- Imperialisme
sebagai pengetahuan diskursif
Menurut Smith, imperialism cara kedua
dan ketiga sampai sekarang masih berbekas pada masyarakat terjajah. Imperialism
membuat skat-skat pada masyarakat terjajah dan membuat mengaburnya nilai dan
kearifan local masyarakat terjajah. Akibat imperialism tersebut, identitas
masyarakat terjajah terbagi berdasarkan surat-surat keterangan atau pengakuan
dari luar. Sementara imperialisme sebagai sebuah pengetahuan diskursif menjadi
salah satu isu menarik bagi Smith dalam mendefinisikan kembali konsep dan
dampak dari imperialisme. Smith menyarankan kepada masyarakat terjajah untuk
mengkaji kembali imperialisme sebagai pembukaan wacana untuk dekolonisasi dan
dekontruksi terhadap konsep masyarakat terjajah yang disusun dan ditulis oleh
kaum colonial. Buku ini sangat
provokatif mengajak masyarakat terjajah untuk mendefinisi ulang konsep sejarah
dan masyarakatnya serta teori-teori yang berbeda dengan penulisan Eropa. Smith
begitu yakin akan kebesaran dan eksistensi masyarakat terjajah tanpa kehadiran
kolonial. Dekolonisasi dan dekontruksi sejarah akan mampu memanusiakan kembali
masyarakat terjajah setelah sekian lama di dehumaninasi oleh oleh imperialism
Eropa.
Proses dehumanisasi masyarakat terjajah
bisa kita lihat dalam penulisan dan teori-teori yang ditulis oleh kolonial.
Menurut Smith, penulisan dan teori-teori tersebut telah tersebar dan bahkan
menjadi paradigma masyarakat terjajah dalam memandang dirinya. Ironi, dunia pendidikan dan
perguruan tinggi menjadi wadah signifikan dalam melestarikan nilai imperialism
melalui penulisan dan teori. Oleh karena itu, Smith lebih memfokuskan ajakannya
kepada pihak di luar akademis yang tidak terkontaminasi oleh teori dan
metodelogi penulisan yang dirumuskan oleh bangsa colonial. Para intelektual
terjajah perlu kritis terhadap metodelogi penulisan agar proses dekontruksi
bisa dilakukan dengan baik. Menulis bagi Smith bukan saja mendiskripsikan semua
peristiwa yang dilihat dan dialami, tetapi juga menganalisa disekitar peristiwa
tersebut dan memasukkan nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan bangsa
terjajah. Proses dekontruksi menjadi lebih penting ketika dikaitkan dengan
kekuasaan sejarah. Menurut Smith, masyarakat terjajah harus merebut sejarah
mereka sendiri dari penulisan luar warisan colonial yang sama sekali jauh dari
kondisi sebenarnya.
**Terima Kasih**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar