Nama :
Irwan
NIM :
12/339246/PSA/7258
Tulisan ini mengeksplorasi pemikiran dan
pandangan dua sejarawan besar terhadap historiografi Indonesia, keduanya berbeda
secara signifinikan dalam memandang konsep historiografi Indonesia seperti;
sejarah sebagai sebuah kesatuan total, periodesasi sejarah dan lain sebagainya.
Perbedaan-perbedaan tersebut terjadi dikarenakan cara pandang kedua sejarawan tersebut
terhadap sejarah Indonesia dan oleh konsepsi-konsepsi peristiwa dan sejarah
berbeda. Pandangan keduanya bisa kita lihat dalam uraian pengantar (Sartono
Kartodrjo, 1987) dan prakata (M.C. Rocklefs, 1981)untuk masing-masing buku yang
ditulisnya. Namun di sisi lain keduanya sepakat dengan agama sebagai suatu
pengikat kebudayaan dan politik di Nusantara, bahkan Sartono dengan tegas
mengatakan bahwa konflik yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh faktor
ekonomi dan politik dibandingkan dengan factor perbedaan etnik. Hal tersebut
menurut Sartono disebabkan oleh factor agama yang mempersatukan perbedaan antar
etnis.
Dalam prakata bukunya, Ricklefs
mengambil periode abad 14 M (tahun 1300 M). sebagai awal sejarah modern
Indonesia, meski ia mengakui bahwa sejarah Indonesia tidak dimulai pada era
tersebut. Sejarah Indonesia telah dimulai sejak abad 5 M, dimulai dengan
kerajaan Kutai di Kalimantan timur. Namun menurut Ricklefs, setidaknya ada tiga
unsur mengapa abad ke 14 M dianggap sejak permulaan sejarah modern Indonesia,
yaitu;
- Unsur
budaya dan agama Islam
- Unsur
topic, yang dimaksud oleh Ricklefs di sini adalah periode interaksi dan
saling member pengaruh antara masyarakat Indonesia dengan orang-orang
barat.
- Historiografi,
maksudnya dalam periode inilah masyarakat di Indonesia mulai menulis
sejarahnya secara eksklusif menggunakan bahasa Indonesia, baik itu dengan
bahasa Melayu maupun bahasa Jawa.
Ketiga unsur tersebut di atas menurut
Ricklefs telah menjadikan sejarah Indonesia sebagai sebuah unit yang padu, dengan
kata lain Ricklefs berpandangan bahwa Indonesia sebagai sebuah kesatuan budaya
dan politik dan berkembang menjadi sebuah negara, sesungguhnya dimulai sejak
periode ini. Dalam bukunya ini, Ricklefs tidak menegasikan keberadaan kerajaan
besar di Nusantara pada abad-abad sebelumnya seperti Majapahit, namun
pembahasan tentang eksistensi kerajaan hanya terbatas pada peran dan posisinya
dalam kelangsungan dan eksistensi emporium Islam pada periode setelahnya.
Diakui oleh Ricklefs, bahwa bukunya
tersebut hanya membahas tentang sejarah masyarakat Indonesia dengan wilayah
pulau Jawa saja, namun Ricklefs punya argument tentang pilihannya tersebut,
yaitu;
- Sejarah
Jawa lebih banyak dikaji oleh sejarawan dibandingkan dengan sejarah
kepulauan lainnya di Indonesia.
- Penduduknya
mewakili lebih separuh dari masyarakat Indonesia
- Pulau Jawa
menjadi pusat dari kebanyakan sejarah politik, baik di masa kolonial
maupun masa kemerdekaan
- Wilayah
penelitian Ricklefs terpusat di pulau Jawa, mungkin ini merupakan
subjektifitas dari Ricklefs.
Basis argumentasi Ricklefs berdasarkan
empat alasan tersebut di atas, menurut saya menimbulkan beberapa pertanyaan
kritis tentang sejarah modern Indonesia, terutama pada pointer ketiga. Menurut
saya pulau Jawa bisa dijadikan sentral sejarah politik Indonesia sejak abad ke
19, namun jauh sebelumnya banyak beberapa daerah lainnya di Nusantara (terutama
sejarah Islam) yang berkontribusi terhadap terbentuknya kesatuan politik dan
budaya Indonesia.
Berbeda dengan Ricklefs, Sartono
Kartodirjo tidak terlalu memperhatikan periode dalam penulisan bukunya. Dalam
kata pengantarnya (1987), lebih menekankan pembahasannya pada sejarah social
yang di dalamnya mencakup proses perkembangan masyarakat Indonesia baik pada
aspek politik, ekonomi dan sosialnya. Sartono menggambarkan sejarah sebagai
proses kompleks yang di dalamnya memuat interaksi antara berbagai unsur dan
saling memberi pengaruh antara berbagai aspek kehidupan masyarakat. Proses
sejarah seperti berlandaskan pada system atau struktur yang ada dalam
masyarakat tersebut.
Sartono mengatakan bahwa sejarah yang ditulisnya adalah sejarah
menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai sebuah
kesatuan berdasarkan proses yang terjadi. Sartono tidak memaksakan bahwa konsep
kesatuan telah terbentuk, namun sebagai sebuah proses, kesatuan Indonesia
bertransformasi dari bentuk sederhana menjadi kompleks (termasuk kemudian
menjadi nasional Indonesia). Proses terbentuknya kesatuan ini (integrasi),
menurut Sartono tidak bisa dilepas dari faktor komunikasi yang terjadi antar
masyarakat budaya Indonesia, dan dengan komunitas lainnya seperti Islam dan
Barat. Proses komunikasi terjadi lewat perkawinan, perang, perampokan,
perbudakan, perdagangan, pelayaran, diplomasi dan persekutuan. Dengan kata lainnya
Sartono, menilai bahwa konsep integrasi dimulai oleh proses komunikasi yang
merupakan pusat kontak antar unsur-unsur
yang menghasilkan interaksi dan saling memberi pengaruh. Dengan proses
ini pula kebudayaan bangsa-bangsa di Nusantara tersebar ke berbagai wilayah
nusantara lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar