Perspektif Relevan Penulisan Sejarah
Indonesia
(Telaah Pengantar Sejarah Indonesia Baru :
1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I Sartono Kartodirjo dan Sejarah
Indonesia Modern M.C Rieklefs
Haris Zaky Mubarak
HZM
Ø Overview
Dalam perspektif
Sartono Kartodirjo sejarah Indonesia adalah suatu rekonstruksi atau
penggambaran bagaimana kehidupan bangsa Indonesia mengalami perkembangan yang mampu menunjukkan
sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi,sosial dan politiknya. Perkembangan
historis diuraikan sebagai proses yang kompleks sehingga secara jelas interaksi
pelbagai unsur-unsurnya,saling pengaruh dan saling ketergantungan antara
pelbagai aspek kehidupan masyarakat itu. Pendekatan yang mencakup dari pelbagai
dimensi ini didasarkan pada pengertian bahwa masyarakat Indonesia dipandang
sebagai satu kesatuan dimana terjadi interaksi dan jaringan yang menghasilkan
sistem atau struktur. Antara proses dan struktur ada dialektika maka segi
prosesual dan struktural saling kait mengkait dan saling mempengaruhi. Sejarah
seperti ini dikatakan Sartono Kartodirjo sebagai sejarah total atau menyeluruh
yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai satu kesatuan. Sebagai
konsep kesatuan yang dikembangkan. Perkembangan dari unit terkecil sampai yang
besar. Sartono Kartodirjo menilai bahwa ada konsep-konsep yang seharusnya yang
dapat dipakai sebagai desain besar untuk menerangkan bahwa sejarah Indonesia
merupakan penyatuan dari sejarah lokal atau dalam hal ini konteks Nusantara
pada masa lalu dengan sejarah dari bangsa dan negara Indonesia itu sendiri.
Sejarah Indonesia sebagai suatu konstruk berlandasan konsep geopolitik dan
bukan dalam konsep kebudayaan,dalam penilaian Sartono Kartodirjo konsep
kebudayaan memiliki perluasan yang sangat besar dan melampaui ruang lingkup
geopolitik Indonesia karena konteks kebudayaan
didalam perspektif geopolitis Indonesia masih bersifat heterogen atau
plural maka menurut Sartono Kartodirjo harus ada kerangka nasional sebagai
pendorong dalam kesadaran homogenitas. Oleh karenanya dalam karyanya ini
periodesasi tidak digunakan sebagaimana penulisan sejarah lazimnya yang
menentukan periodesasi secara ketat tetapi periodesasi itu hanya digunakan
sebagai kerangka atau batasan waktu yang masih kasar,karena lebih ingin melihat
proses dialektika antara proses dan struktur.
Berbeda dengan Sartono Kartodirjo,
MC.Rieklefs ingin menyelidiki sejarah Indonesia sejak kedatangan Islam dengan
kronologi dan menggunakan narasi yang mendasar sejak tahun kurang lebih 1300
sebuah pengantar dari pelbagai isu penting dan menarik dari periode tersebut.Rieklefs
pun mengkritik bahwa penulisan sejarah yang ada selama ini kadang kala terlalu
menekankan aspek kolonial ataupun semata keunikan Indonesia yang dengan kata
lain bisa dikatakan Indonesia sentris.dan tidak memberikan kronologi yang jelas
dari peristiwa tersebut. Rieklefs mendasarkan sumber-sumber penulisan
sejarahnya berdasarkan prasasti-prasasti tertua dari kepulauan Indonesia
seperti misalnya tujuh buah Yupa yang ada di Kalimantan Timur yang bertarikh
kurang lebih 400 tahun yang lalu.Rujukan dalam bahasa Cina kuno yang
memungkinkan untuk merekonstruksi sebagian besar dari sejarah kerajaan - kerajaan
pra Islam di Indonesia yang mencakup beberapa kerajaan besar zaman kuno. Menurut
Rieklefs periode sejak tahun kurang lebih 1300 telah menjadi sebuah unit
sejarah yang padu yang dalam buku ini disebut sebagai sejarah Indonesia modern.
Sub-sub periode penting tercermin kedalam bagian bab-bab.Tiga unsur fundamental
memberikan kesatuan historis yaitu unsur kebudayaan dan agama, yakni pertama,
Islamisasi yang dimulai tahun kurang lebih 1300 hingga kekinian. Yang kedua,
unsur topik yang saling pengaruh antara orang Indonesia dan orang Barat yang
dimulai tahun kurang lebih 1500 dan masih berlanjut kekinian. Yang ketiga, historiografi
yang melihat keberadaan sumber-sumber primer sepanjang periode yang ditulis
secara khusus dalam bahasa Indonesia moedern (Jawa, Melayu dan lainnya bukan Jawa
Kuno ataupun Melayu Kuno) dan dalam bahasa orang Eropa yang hadir dalam periode
kurang lebih 1300 sampai kurang 1500, unsur - unsur ini terus muncul. Dan
Rieklefs ingin lebih mengutamakan bukti sejarah yang terinci. Rieklefs ingin
lebih mengutamakan porsi pembicaraan menyangkut sejarah Jawa dengan berbagai
alasan seperti pertama, karena Jawa
lebih banyak dikaji, kedua karena karena jumlah penduduk yang banyak,ketiga
,karena Jawa telah menjadi pusat politik baik dimasa kolonial maupun
kemerdekaan dan yang terakhir karena Rieklefs ingin mendasari penelitiannya
memang terpusat di Jawa. Rieklefs mengakui bahwa dalam karyanya ini banyak yang
merupakan uraian atau ringkasan dari karya orang lain.Karya Rieklefs ini pun
dalam beberapa pembahasannya hanya semata - mata mengulang ataupun menambah
dari kesalahan beberapa buku karya orang lain yang terlah terbit sebelumnya.
Ø Making Connections
Beberapa
hubungan yang bisa diamati dalam dua telaah prakata ataupun kata pengantar yang dikemukakan baik oleh
Sartono Kartodirjo maupun Rieklefs adalah
kedua penulis sejarah ini sudah berani mengemukakan metode dan metodologi sejarahnya dan keinginan
apa yang ingin dihadirkan dalam karyanya. Apakah
ingin terlihat sebagai sebuah karya yang
sangat Indonesia Sentris dengan melihat
segala sesuatunya sebagai sebuah konsep penyatuan seperti yang dilakukan oleh Sartono Kartodirjo
ataukah sebagai sebuah kronologi yang melihat
pada evidensi yang ada saja dengan berangkat dari bukti - bukti yang ada seperti halnya prasasti yang digunakan Rieklefs dalam menuliskan Sejarah Indonesia
Modern.
Kritik yang
ingin Saya berikan, Sartono Kartodirjo dalam karya ini memang ingin mengemukakan sekaligus memberi contoh bagaimana
sejarah total yang dimaksudkannya itu diimplementasikan dan ingin memberi
value dalam sebuah penulisan
sejarah dengan pesan nasionalistis yang dipahami secara subyektif oleh Sartono Kartodirjo sendiri. Dia mentotalkan
dari keseluruhan evidensi-evidensi yang terjadi
sebagai sebuah peristiwa yang sesungguhnya terjadi setiap hari dengan keberagaman yang diterima dalam perjumpaan yang berbeda oleh
masing-masing orang sebagai bagian
dari pola besar yang dikonklusikan secara umum. Meskipun hal ini sering masuk dalam perdebatan
kalangan sejarawan, Saya kira Sartono Kartodirjo
memang tidak pernah ingin memahami bagaimana prosesual itu terjadi. Sebagai sebuah peristiwa sejarah tidak
selamanya bisa disatukan dalam generalisasi.
Jelas sangat terlihat adanya jurang pemisah yang luas bahwa sejarah yang harusnya terjadi secara prosesual
harus digantikan dengan deskriptif yang hanya
melihat dalam pandangan umum kemudian
mengkategorisasi berdasar kemutlakan
intepretasi sejarawannya semata. Adapun Rieklefs yang menulis sejarah Indonesia modern nyatanya dalam
prakatanya tidak terlalu menjelaskan
bagaimana Indonesia mengalami kemodernannya. Apakah hanya Jawa saja yang dikatakan sebagai Indonesia
modern. Rieklefs ingin menyatakan bahwa tidak ingin memakai istilah Jawa Kuno tapi Ia
sendiri menggunakan istilah modern hanya
untuk membedakan istilah yang dipopuliskan penulis sejarah sebelumnya.Hal inilah yang juga dapat dikritik bagaimana
sejarah ternyata masih terjebak dalam dikotomi
versus dan selalu melihat dalam perspektif hitam dan putih, serta masih terjebak dalam penulisan yang dikatakan
baru tapi sesungguhnya masih berupa perulangan
dan hanya mengganti sampulnya semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar