(Studi Perbandingan Historicism and Historiography in Indonesia, Sue Nichterlein,
History and Theory, Vol. 13, No. 3. (Oct., 1974), pp. 253-272. On the Study of Southeast Asian History,
D. G. E. Hall Pacific Affairs, Vol. 33, No. 3. (Sep., 1960), pp.
268-281)
Haris Zaky Mubarak
S2 ilmu Sejarah UGM
Ø Overview
Sejak tercapainya kemerdekaan muncul
permasalahan dalam konteks
sejarah Indonesia karena adanya atensi untuk menggarap sejarah Nasional,
utamanya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sejarah Nasional berperan penting
dalam menggalang kessadaran Nasional, refleksi penjelasan dari kebangkitan
bangsa Indonesia dari penjajahan ke kemerdekaan. Konteks ini tampak bahwa
sejarah nasional masih belum memiliki kerangka batasan-batasan yang jelas akan
bentuknya. Saat Historiografi kolonial dianggap tidak relevan dengan cerita
masa lampau bangsa Indonesia maka pemikiran baik digagas sebelum dan sesudah
Seminar sejarah nasional pertama di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada
akhir 1957 yang mengganti pandangan Eropa sentris dengan pandangan yang
Indonesia sentris.Kontestasi pemikiran yang didapat dari seminar itu memberikan
saran,pandangan serta pengertian baru terhadap sejarah Indonesia.Sejarah
nasional sebagai unit historis usaha inilah yang menjadi corak historiografi
Indonesia
Sejak perang dunia ke II dan terutama sejak tercapainya kemerdekaan
bangsa-bangsa Filipina, Birma, Indonesia dan Malaya(sekarang Malaysia)
mengambil langkah-langkah baru alam historiografi wilayah ini.Suatu langkah
yang utama adalah diterbitkannya karya D.G.E Hall, A History Of Southeast Asia pada tahun 1955 yang berhasil
memantapkan pandangan bahwa seluruh perkembangan sejarah dari zaman kuno sampai
modern bagi Asia Tenggara adalah satu unit sejarah yang jelas. Dan perdebatan -
perdebatan mengenai sifat dari karya orang – orang Eropa mengenai Asia Tenggara
mulai timbul setelah hasil penelitian yang sangat provokatif dari J.C Van Leur
tentang pelayaran niaga di Asia pada masa kuno. Akibatnya Asia Tenggara
diberikan tempat khusus dalam konfrensi penulisan sejarah Asia di London pada
tahun 1956 (Hall, 1961). Hal ini merangsang timbulnya sejumlah karangan
mengenai historiografi Indonesia yang pertama kali dicetuskan dalam kongres
sejarah Nasional di Yogyakarta
pada tahun 1957 (Singhal, 1960, Smail, 1961: Benda, 1962: Soedjatmoko
et.al, 1965: cf seminar sejarah 1958). [1]
Ø Key Words
·
Historicism
·
Historical consciousness
·
historical background
·
Indonesian nationalism
·
The historical vlsions
·
The Indocentric view of Indonesian
Ø Focus
Questions
·
Bagaimana
studi historiografi di Indonesia dan Asia Tenggara?
·
Arah
dan perspektif apa yang determinan di Indonesia dan di Asia Tenggara?
·
Kontribusi
apa yang dihadirkan dari studi historiografi di Indonesia dan di Asia Tenggara?
Ø Important
Events
ü Pada awal 1948 Menteri
Pendidikan saat itu, Mangunsarkoro, menekankan bahwa pemuda Indonesia harus
dibawa kekesadaran bahwa mereka adalah anggota tubuh sosial dari negara-bangsa
dari Seperti halnya mereka individu, dan bahwa pemuda ini "harus Indonesia
membuat aspirasi masyarakat aspirasi mereka sendiri " Untuk mencapai hal
ini. kesatuan nilai-nilai sosial dan personal mereka harus diajarkan budaya,
bahasa dari sejarah .Tema ini tercermin dalam tahun 1965 tentang
"Masalah dalam Studi dan Pengajaran Sejarah Nasional di Indonesia oleh sejarawan Nugroho Notosusanto terkemuka,
yang menekankan bahwa pengajaran sejarah di sekolah-sekolah Indonesia sangat
penting untuk "membantu menciptakan 'iklim sejarah' sangat dibutuhkan di
masyarakat luas.[2]
(bekerja menuju historiografi nasionalis). Dalam abad ke - 19 dan paruh pertama
abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Asia Tenggara yakni sejarah kuno,
sejarah kolonial,dan periode tengah yang berkisah empat dan sepuluh abad
sebelum abad ke- 19.
Ø Making
Connections
·
Tataran
Relevansi Dan Implementasi.
ü Bila terbentuknya
negara nasional menimbulkan keperluan
untuk menulis sejarah Indonesia sebagai sejarah nasional.Perkembangan
historiografi Indonesia yang mengalami penyesuaian antara lain konteks
empiris-ilmiah yang menggantikan
religio-magis serta kosmogonis,Nasional sentris yang menggantikan etnosentris, dan Kolonial
elitis yang digantikan sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan. Perubahan
–perubahan seperti ini merupakan upaya konvergensi dalam penulisan sejarah
Indonesia.Dimulai dari tahap spekulatif pada 1950-1957 yang berkembang ke arah
empiris-scientific.Semua diupayakan guna
perelaisasian sejarah yang nasional sentris dengan mengurai struktur
–struktur yang menjadi kerangka proses sejarah.
ü Sejarah tidak pernah
mendapat perhatian tempat yang penting dalam tradisi –tradisi Asia
Tenggara.Fungsi utamanya yang pernah ada adalahmemperkuat kewibawaan Sang raja,memberi
ajaran-ajaran moral dan agama dan mungkin juga menghibur dan memberi
kesenangan.Tanggal-tanggal dan tempat-tempat dalam kehidupan orang-orang besar
kecil tidak pernah dianggap penting demi tanggal-tanggal dan tempat-tempat
itu.Hal-hal ini harus mengabdi pada kepentingan kepentingan pembaca sejarah
yang sering hanya terdiri dari raja-raja,pendeta-pendeta dan lingkungan keraton
pada waktu itu.Setiap tradisi historiografi berkembang sekitar kepentingan –
kepentingan dari bermacam pembacanya dan kekuatan tau kelemahannya tergantung
pada pranata – pranata politik yang menghasilkan pembaca-pembacanya itu.Selama
pranata-pranata itu tetap bertahan,tradisi penulisan sejarah yang mendukungnya
pun bertahan pula.[3] Memahami
historiografi di Asia Tenggara bukan untuk menilai bahwa Asia Tenggara belum
bisa membebaskan dari sikap tradisionalnya,tetapi bagaimana memahami faktual
bahwa institusi di Asia dan Barat telah ada koneksi timbal balikterhadap karya
- karya penting yang sama –sama diperoleh,diperkenalkan dan dipahami. Beragam
konsep seperti konteks waktu dan tempat harus diteliti,pengetahuan masa lampau
harus humanitis dan cendrung sekuler,fakta dan interpretasi sejarah yang juga
harus diuji dengan metode sejarah yang benar.
·
Tataran Implementasi
Pemahaman
Sejarah
dalam historiografi dapat mennyoroti substansi filosofis dari penelitian dan
penulisan sejarahmembuka kembali metode penggarapan bahan historis dan
presentasi,ide-ide yang mengikat fakta sebagai kesatuan yang bermakna, penilaian
dalam konteks intepretasi dan Weltanschauung (pandangan hidup) dari
sejarawan.Historiografi berbeda menurut
asal mula kejadiannya,zamannya, dan subjektivitas sejarawannya.
[1]Dr.Taufik Abdullah dan
Drs.Abdurarachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan
Perspektif (Jakarta,Gramedia,1985),
hlm. 16-17
[2] Sue Nichterlein, Historicism and Historiography in Indonesia,
History and Theory, (Vol.
13, No. 3. Oct., 1974),hlm.256.
[3] [3]Dr.Taufik
Abdullah dan Drs.Abdurarachman Surjomihardjo, Op Cit,hlm.18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar