NIM :
339981
Mata Kuliah : Historiografi
Ada banyak tulisan Jawa dan Malaya yang
memberikan informasi kepada kita mengenai sulitnya mengevaluasi Indonesia pada
masa lalu. Kesulitan ini disebabkan adanya kekaburan fakta dalam menjelaskan
peranan serta proses sejarah. Kekaburan ini berasal dari mitos yang terdapat
dalam karya, contohnya didalam Pararaton dan Babad Tanah Jawa.
Beberapa sarjana Eropa menganggap bagian awal
dari karya ini adalah cerita dongeng yang tidak berguna. Adanya anggapan ini
menunjukkan ketidakmampuan dari penulis untuk membedakan fakta dari fiksi.
Pertanyaan yang harus segera di ungkap dari nilai-nilai semi sejarah itu adalah
Apakah
kronik Jawa tersebut memberi bantuan untuk menemukan fakta-fakta yang kita
tidak ketahui?, Apakah kronik Jawa tersebut memberikan kontribusi yang berharga
fakta-fakta yang ditemukan dari sumber lain? Apakah kronik Jawa tersebut
berkontribusi terhadap pemahaman kita mengenai peran dan fungsi lembaga-lembaga
politik dibawah naungan kronik Jawa ditulis? Apakah kronik Jawa tersebut
memberi informasi mengenai sifat penguasa dan
sistem legitimasi yang diyakini dari konsep Melayu-Jawa? Dan terakhir
apakah karya Melayu dan Jawa dalam satu jenis atau derajat yang berbeda?
Pada tulisan atau karya Jawa
pengantar adalah bagian yang paling berkembang. Tulisan ini mencoba melihat
factor budaya yang menunjukkan dan menginformasikan pengujian yang lebih detail
terhadap struktur dari Pararaton dan Babad Tanah Jawa.
Pararaton menceritakan karir
Ken Arok pendiri Dinasti Singosari dan Majapahit. Diceritakan sebelum menjadi
raja pada tahun 1222, Ken Arok adalah korban manusia untuk Yamadipati (dewa pencabut
nyawa dalam mitologi Jawa) untuk menyelamatkan makhluk lain dari kematian,sebagai
hadiah, ia meminta untuk kembali ke surga Wisnu dan selanjutnya terlahir
kembali menjadi raja. Permintaan tersebut terkabul, Ken Arok dilahirkan kembali
oleh dewa Brahma melalui istri seorang petani yang baru menikah dan mengantar
makanan untuk suaminya. Pada kelahirannya ken arok mengeluarkan cahaya dan
menarik perhatian Ki Lembong (seorang pencuri yang lewat). Ken Arok kemudian
diadopsi serta diberi keahlian. Setelah perjalanan panjang Ken Arok bekerja
pada untuk Tunggul Ametung berkat bantuan ayah angkatnya Lohgawe. Lohgawe
menjelaskan bahwa siapapun yang memiliki Ken Dedes dia akan menjadi
Cakravartin. Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes,
dengan demikian Ken Arok menjadi seorang raja dan mengaku sebagai penjelmaan
dari Batara Guru. Sebagai manifestasinya dia mengalahkan Raja Kediri. Babad
Tanah Jawa dibuka dengan kisah Kerajaan Mataran di Jawa Tengah serta hubungan
sinkretiknya dengan genealogi dari dewa-dewa Hindu dan nabi-nabi muslim serta
keturunan dari dewa-dewa dibumi yang membangun sutau tatanan masyarakat.
Berbeda dengan pendapat para sarjana Eropa yang
menganggap bahwa pengantar dari sejarah sebagai cerita dongeng yang tidak
berguna, maka Anthony H.Johns memiliki anggapan lain. Menurutnya pengantar
sejarah bukanlah hanya sebuah dongeng yang tidak berwujud, melainkan
berhubungan erat dengan teori Jawa mengenai Kingship/ke-raja-an/sifat dan
fungsi dari seorang raja. Raja berfungsi sebagai penghubung masa kini dengan
masa lalu dan masa depan, raja adalah perwujudan dari totalitas negara seperti
istanya adalah salinan mikrokosmis dari mikrokosmos, raja memiliki sifat
kedewaan yang jauh lebih tinggi dan berbeda dari orang biasa.
Berdasarkan rentetan penjelasan di atas dapat
diasumsikan bahwa mitos dalam karya sastra dapat dijadikan sumber dalam
historiografi, dengan tidak mengesampingkan fakta dari fiksi cerita tersebut.
Mitos berfungsi sebagai alat dukung legitimasi dari kekusaan raja. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa dalam mitos terdapat genealogi sang raja dengan
raja-raja sebelumnya, maupun sang raja dengan dewa-dewa. Seperti pada Pararaton
yang merupakan legitimasi dari kekuasaan Ken Arok sebagai keturunan Brahmana
dan penguasa dunia serta legitimasi dari kekusaan raja-raja Majapahit sebagai
keturunan dari Ken Arok dan legitimasi adanya pengaruh Hindu dalam kehidupan
masyarakat. Sama halnya dengan Pararaton, Babad Tanah Jawa juga merupakan
legitimasi dari kekuasaan raja-raja Demak, Pajang dan Mataram sebagai penerus
kejayaan Majapahit dan bergantinya pengaruh Hindu menjadi pengaruh Islam.
Kuatnya mitos sebagai alat legitimasi sebuah kekuasan raja juga didukung oleh
pujangga-pujangga penulis karya baik itu Pararaton dan Babad Tanah Jawa yang
notabene adalah pemuja dari raja-raja mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar