NAMA :
HERVINA NURULLITA
NIU :
12/339971/PSA/07380
Tan Malaka adalah tokoh radikal kiri yang
ditangkap secara paksa pada tanggal 21 Februari 1949 di desa dekat lereng
Gunung Wilis Kediri. Tan Malaka ditembak mati dan dikubur secara cepat dan
hingga sekarang kematiannya masih menyisakan kisah misteri. Tan Malaka menjadi penggerak
Persatoean Perdjoeangan, sebuah gerakan perlawanan yang menentang perjanjian
apapun dengan Belanda kecuali kemerdekaan 100%. Atas gerakannya tersebut Tan
Malaka dijebloskan dalam penjara pada September 1948. Dalam kekecewaanya
terhadap Sukarno, Hatta, Sjahrir dan Amie Sjarifudin, dalam penjara ia tetap menulis.
Ia mengecam keras pemimpin RI dengan menulis sebuah buku bejudul Dari Pendjara ke Penjara dan bab
mengenai Sukarno dicetak terpisah sebagai brosur dan diberi judul Dari Ir. Sukarno sampai ke Presiden Sukarno.
Karya monumental Tan Malaka adalah Madilog
(Materialisme, Dialektika dan Logika) yaitu cara berpikir yang menurut Tan
Malaka harus dimiliki masyarakat Indonesia. Setelah dibebaskan dari penjara, pada
tanggal 7 Nopember 1948, Tan Malaka mendirikan Partai Murba, namun partai ini
tidak banyak berkembang. Pada pemerintahan yang baru (Desember 1949) Partai
Murba mencoba meminta kepada pemerintah untuk mengursut kasus kematian Tan
Malaka, namun hal tersebut sia-sia karena Partai Murba merupakan partai
pinggiran yang tidak punya wakil di parlemen. Pada saat Sukarno meluncurkan
rencanany untuk mengganti Demokrasi Parlementer dengan Demokrasi Terpimpin,
Partai Murba mendukung Sukarno. Dengan demikian, Sukarno memberikan jabatan
yang tinggi pada tokoh-tokoh Partai Murba. Dengan lenyapnya “cap” ebagai partai
ilegal, partai Murba dapat melakukan kampanye. Dan pada tanggal 28 Maret 1963 Sukarno
mengangkat Tan Malaka menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Pada masa orde
baru keberadaan Partai Murba terkesan ditutup-tutupi. Pada tahun 1977 dan 2003 nama
Tan Malaka tidak ada dalam Album Pahlawan
Nasional Bangsa. Karya
Dalam artikel ini Harry A. Poeze mencoba
mengangkat seorang tokoh sayap kiri Indonesia yang tidak begitu diperbincangkan
jasanya pada masa Sukarno maupun Suharto. Walaupun sebenarnya jika kita telaah
secara mendalam seperti yang telah diungkap Poeze dalam tulisan ini, Negara
Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Tan Malaka yang mempunyai pandangan jauh
kedepan bagi masa depan Indonesia. Poeze mengutip dari sebuah karya yaitu buku
Safrizal Rambe tentang Pemikiran Politik Tan
Malaka bahwasanya Tan Malaka menggabungkan nasionalisme, islam dan
komunisme dalam pandangan politiknya. Hal ini menunjukkan bahwa semangat
nasionalisme Tan Malaka sangat patut untuk mendapatkan apresiasi dari para petinggi
Negara ini dan seluruh masyarakat Indonesia dalam upayanya untuk membentuk
Negara Indonesia. Dan masih banyak lagi karya-karya lain yang membahas mengenai
peran serta pemikiran-pemikiran brilian Tan Malaka tentang ideologi dan filsafat
mengenai Indonesia.
Namun, terlepas dari itu semua, Tan
Malaka adalah orang yang tersingkirkan dari nama-nama orang penting dalam awal pembentukan
negara ini. Yang menjadi pertanyaan paling mendasar adalah mengapa pada zaman
Sukarno dan Suharto Tan Malaka disingkirkan? Menurut saya ini dikarenakan oleh Sukarno
menganggap bahwa Tan Malaka akan membahayakan dirinya karena keduanya mempunyai
ideology yang berbeda mengenai pembentukan Negara Indonesia. Ideologi Sukarno adalah
marhaenisme sedangkan Tan Malaka berideologi komunis. Selain itu Tan Malaka tidak
menyukai cara Sukarno dalam mewujudkan kemerdekaan dengan cara diplomasi, ia
menggunakan cara konfrontasi untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Karena tindakan-tindakannya
tersebut, maka Tan Malaka dianggap sebagai kaum oposisi.
Kematian Tan Malaka yang sampai sekarang
masih menjadi misteri menunjukkan bahwa pemerintah (sekarang) juga tidak peduli
terhadap tokoh bangsa yang bernama Tan Malaka. Hingga Poeze mencoba untuk membangkitkan
kembali tentang semangat Tan Malaka yang pernah ada. Poeze memulainya dengan bekerjasama
dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tan Malaka (LPPM Tan Malaka).
Mereka mengadakan acara seminar mengenai Tan Malaka pada masa perjuangannya. Pada
tahun 2005 seusai seminar tersebut dilaksanakan Menteri Sosial menyambut baik jika
Tan Malaka masuk dalam jajaran pahlawan nasional Indonesia. Seminar tersebut
membawa perubahan yang sangat besar karena dengan diselenggarakannya seminar
tersebut nama Tan Malaka mulai diperhatikan di Negara ini. Berkat jasa Poeze
lah nama Tan Malaka mulai diperhitungkan dalam jajaran pahlawan Nasional
Indonesia. Selain itu atas jasa Poeze tersebut membuka lembaran baru mengenai
penulisan sejarah Indonesia. Terutama minat dari keluarga Tan Malaka serta masyarakat
adat Minangkabau yang semula tidak mempunyai minat sama sekali dalam penulisan sejarah
Tan Malaka, kini atas kebanggaannya memiliki tokoh seperti Tan Malaka mereka
mulai mengusahakan agar Tan Malaka dikenal sebagai tokoh radikal kiri namun juga
sebagai pahlawan adat minagkabau islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar