Nama : Akhmad Ryan Pratama
NIM :
12/339260/PSA/07260
Seringkali kita meremehkan serta
melewatkan untuk membaca sebuah kata pengantar dalam sebuah buku. Namun
ternyata terdapat beberapa hal yang menarik yang menurut saya dapat dipelajari
dari sebuah kata pengantar dalam sebuah buku atau karya historiografi. Sebagai
contoh bagaimana kata pengantar yang ditulis oleh Sartono Kartodirjo dan Ricklefs
dalam bukunya yang berjudul Indonesia dari Emporium ke Imperium dan Sejarah
Indonesia Modern. Dalam kata pengantarnya Sartono Kartodirjo menjelaskan minat
kajiannya terhadap sejarah Indonesia dengan melakukan sebuah rekonstruksi
secara utuh. Sartono Kartodirjo tampaknya berusaha untuk menggambarkan
bagaimana sejarah-sejarah yang terdapat di wilayah nusantara dan bagaiman
wilayah-wilayah itu mengalami suatu dinamisasi dan perkembangan sehingga
akhirnya dapat menjadi Indonesia yang seperti ini. Dalam kata pengantarnya,
Sartono Kartodirjo menyebutkan bahwa dalam buku yang ditulisnya akan memandang
perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan, sehingga sartono
kartodirjo menggunakan sebuah konsep integrasi yang ia tafsirkan dengan
menganalisis aspek-aspek kesamaan cultural, social, dan ekonomi. Namun menurut
saya aspek integrasi yang paling ditonjolkan oleh Sartono Kartodirjo ialah
adanya konsep emporium, bagaimana wilayah-wilayah di Nusantara tersebut sudah
terhubung dengan aktivitas perdagangan.
Sementara Ricklefs dalam kata
pengantarnya menyebutkan bahwa tulisan yang akan dibahasnya akan
menitikberatkan pembahasannya hanya kepada pulau Jawa,bukan ke seluruh wilayah
nusantara. Ricklefs memberikan 4 argumentasi mengapa penelitiannya hanya
difokuskan untuk membahas pulau Jawa. Pertama terkait ketersediaan sumber,
diamana Ricklefs beranggapan bahwa kajian mengenau pulau Jawa sudah banyak
dilakukan sehingga data-data penelitian sebelumnya mengenai Jawa sudah cukup
banyak tersedia. Kedua Karena jumlah penduduknya sudah lebih dari separuh
penduduk Indonesia dan sudah bisa dianggap untuk merepresentasikan seluruh
penduduk Indonesia. Ketiga ialah Jawa telah menjadi pusat-pusat politik dari
masa kerajaan, colonial, hingga pasca proklamasi kemerdekaan. Keempat ialah
kedekatan emosional pribadi Ricklefs sendiri yang menurut saya lebih
bersemangat untuk meneliti pulau Jawa.
Menurut saya dengan membaca kata
pengantar dalam sebuah historiografi setidaknya akan membantu kita memahami
historiografi tersebut secara lebih komperhensif. Dengan membaca sebuah kata
pengantar setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat diambil, yang pertama
menurut saya ialah bagaimana kita dapat mengetahui setidaknya tujuan dari untuk
apa buku ini ditulis atau historiografi ini dilakukan. Dalam kata pengantar
biasanya sang penulis akan dengan lancar menjelaskan alasan atau latar belakang
mengapa buku ini ditulis dan penelitian ini dilakukan. Dengan memahami motivasi
atau tujuan dari penulis setidaknya kita mampu mengimajinasikan bagaimana latar
belakang penulis serta mungkin dapat menerka apa idea atau gagasan yang ingin
disampaikan oleh penulis akibat terpengaruh oleh latar belakangnya. Selain itu
dengan membaca kata pengantar setidaknya pembaca mengetahui konsep atau
kerangka teori yang digunakan dalam menyusun historiografi tersebut, bagaimana
penulis mengambil sudut pandang dalam melakukan penelitian tersebut sekiranya
juga dapat dilihat dengan memperhatikan teori atau konsep yang digunakan.
Membaca kata pengantar juga membuat kita mampu mengimajinasikan mengenai jiwa
zaman yang sedang dialami seorang penulis ketika ia melakukan penelitian ini.
Sehingga dengan takaran yang tepat kita dapat menilai tulisan ini sesuai dengan
konteks zamannya, karena seperti yang dikatakan oleh oleh Heraclitus,”Everything is changing!” (Panta Rei).
Sehingga sangat tidak relevan apabila kita membandingkan sebuah tulisan yang
ditulis pada masa itu dengan nilai-nilai yang berlaku pada masa ini.
Kesimpulan yang ingin saya tambahkan
setelah membaca kedua artikel ini ialah bagaimana kita bisa menilai sebuah
tulisan sejarah yang mengusung sebuah grand narasi besar yaitu sejarah
Indonesia, yang kemudian ditulis oleh dua orang penulis yang memiliki perbedaan
kebangsaan, konsep dan latar belakang serta motivasi mengapa mereka melakukan
penelitian tersebut. Seperti yang terjadi dengan Ricklefs dan Sartono Kartodirjo,
dengan membaca latar belakang mereka kita dapa melihat konsep serta perspektif
yang digunakan dalam melakukan dua penelitian yang memiliki tema yang sama.
Seperti Sartono Kartodirjo dengan sangat jelas mengakui dalam kata pengantarnya
bahwa tulisan yang ditulisnya mengandung filsafat-filsafat Indonesia-sentris
yang akan menghancurkan mitos-mitos sejarah nerlandosentris dengan melakukan
usaha yang melenyapkan pembentukan konsep integritas nusantara baru dilakukan
setelah orang Eropa datang khususnya VOC. Sartono Kartodirjo berusaha untuk
menghilangkan mitos-mitos itu dengan mengatakan bahwa jauh sebelum bangsa Eropa
datang kepulauan Nusantara sudah terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
internasional yang akhirnya membentuk konsep emporium. Sementara menurut saya Ricklefs
berusaha menenpatkan dirinya dengan kaca mata seorang akademisi dengan
menggabungkan berbagai macam sumber yang digunakan dalam menyusun tulisan
tersebut. Ricklefs juga tidak secara tegas menyebutkan afiliasi filsafat
sejarah yang ia gunakan dalam melakukan penelitian tersebut, apahkah Ricklefs
seorang yang mendukung Nerlandosentris ataukah pendukung Indonesia-sentris,
atau bukan keduanya. Penilaian mengenai filsafat sejarah yang terkandung dalam
tulisan Ricklefs saya rasa hanya dapat dikembalikan kepada para pembaca yang
membaca tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar