Nama :
Suriani
NIM : 12/338550/PSA/07236
Chapter 8: Menimbang
Kembali Pengajaran Ilmu Sosial
Eurosentrisme dan Orientalisme,
keduanya menjadi istilah yang sangat berpegaruh dalam banyak bidang, termasuk
bidang akademis dan pengajaran. Dalam buku Diskursus
Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia, Bab 8 Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial, penulis mengajukan permasalahan
Eurosentrisme dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial. Bagaimana munculnya dan upaya
untuk membalikkannya melalui pengajaran Ilmu-ilmu sosial.
Munculnya Eurosentrisme dalam
pengajaran ilmu sosial berada dalam tataran teori dan konsep, dimana, banyak
sekali teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan dan diterapkan dalam ilmu
sosial adalah teori dan konsep dari Eropa (Barat). Selain itu, juga masalah dikotomi
subjek-objek dan penempatan orang-orang Eropa sebagai perintis dan selalu
berada di bagian paling depan dalam segala hal. Teoritis dan konsep dari luar
Eropa diabaikan, padahal ada beberapa nama yang juga memberikan teori dan
konsep yang bisa disandingkan denga teori dan konsep orang Eropa, sebagai contoh
Ibn. Khaldun.
Yang menjadi masalah selanjutnya
adalah adanya kesulitan untuk meninggalkan dan beranjak dari penggunaan teori, kategori
dan konsep Eropa. Namun disini, penulis menawarkan beberapa cara untuk mulai
melepaskan pengajaran Ilmu sosial dari pengaruh Eurosentrisme. Cara pertama
yang ditawarkan adalah metateori, maksudnya mengkaji struktur dasar teori atau
konteks sosial kemunculan teori dan melakukan pengujian terhadap landasan dan
metodologisnya. Selanjutnya munculkan pengimbang dari ide, teori dan konsep
yang Eurosentrisme, misalnya ide dan teori Ibn. Khaldun. Bandingkan ide dan
teori Ibn. Khaldun dengan ide dan teori dari barat dengan pokok dan
permasalahan yang sama.
Setelah ide dan teori pengimbang
muncul, perkenalkan lebih dalam ide-ide dan teori dari orang-orang non-Eropa, seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya, Ibn Khaldun, juga ada Jose Rizal dari
Filipina, Benoy Kumar Sarkar dari India dan juga Yanagita Kunio dari Jepang.
Mereka juga memberikan sumbangan dalam sejarah sosiologi selain Marx, Weber,
dan juga Durkheim.
Jika memang belum bisa beranjak dari
teori dan konsep Eropa, paling tidak, dalam pengajaran Ilmu-ilmu sosial,
termasuk Sosiologi, kritik atas Eurosentrisme itu mulai dilakukan agar konsep
dan kategori baru di luar Eropa bisa terbentuk. Hal ini bisa dilakukan oleh
staf pengajar di perguruan tinggi yang paling terutama.
Dengan strategi pengajaran Ilmu-ilmu
sosial di perguruan tinggi yang mewacanakan pemikiran-pemikiran dan juga teori
serta ide-ide di luar eropa kemungkinan eurosentrisme akan bisa dibalikkan
secara perlahan. Melalui perubahan kurikulum dalam pendidikan di perguruan
tinggi dan sekolah-sekolah juga menjadi cara yang signifikansinya cukup tinggi
dalam melunturkan Eurosentrisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar