Review
Bab Buku
DEKOLONISASI
METODOLOGI
Linda Tuhiwai Smith
Roger Kembuan
Buku
berjudul Dekolonisasi Metodologi yang ditulis oleh Linda Tuhiwai Smith seorang
Professor bidang pendidikan and Direktur dari International Research Institute
for Maori and Indigenous Education dari Universitas Auckland Selandia Baru
diterbitkan dalam terjemahan bahasa Indonesia oleh INSISTPress tahun 2005 dengan jumlah halaman
347.
Secara
umum ada beberapa hal yang penting dari buku ini. Dalam Bab pendahuluan smith
menegaskan bahwa tujuan dari Buku ini merupakan cerita tandingan
(counter-story) terhadap ide-ide Barat tentang cara pandang dan pengetahuan.
Meneropong lewat mata bangsa jajahan, narasi penuh pesan kehati-hatian
dituturkan dari perspektif pribumi, argumen yang ditujukan bukan saja untuk
menyuarakan kaum yang terbungkam yang terhegemoni oleh dominasi barat.
Buku
ini terutama unggul dalam menempatkan perkembangan praktek-praktek penelitian
tandingan (counter-practices of research) baik dalam kritik-kritik Barat atas
pengetahuan Barat maupun gerakan-gerakan pribumi global. Berbekal evaluasi kritis
dan feminis terhadap positivisme, Tuhiwai Smith mendesak perlunya penelitian ulang (perspektif baru) aturan
main penelitian ke arah praktek-praktek yang bermartabat, etis, simpatik dan
bermanfaat versus berbagai praktek dan sikap rasis, asumsi etnosentris dan
penelitian eksploititatif yang dibuat oleh penulis barat. Smith secara cerdas memanfaatkan sudut
pandang dari Maori, sebuah pendekatan awal menuju protokol dan metodologi
penelitian yang cocok secara kultural, tujuannya terutama dimaksudkan untuk
mengembangkan bangsa pribumi sebagai peneliti terhadap sejarahnya sendiri.
Dalam buku tersebut bab
yang akan saya review adalah bab ketiga yang berjudul Colonizing Knowledges
(Penjajahan dalam Pengetahuan). Bab ini diawali dengan “SUPERIORITAS POSISIONAL”.
Diartikan sebagai sebuah proses yang subyektif dari orang barat yang melalui
hegemoni mereka dalam melihat dunia pribumi. Smith berpendapat bahwa dari sudut
pandang yang terjajah, “penelitian” terkait erat dengan imperialisme dan
kolonialisme Eropa. Dia menunjuk ke sistem dan kerangka kerja tentang bagaimana
penelitian dilakukan oleh orang Eropa diklasifikasikan, dan disajikan kembali
dari Barat, dan kemudian melalui sudut pandang Barat melihat kembali ke wilayah
yang dijajah, sebuah proses yang disebut Edward Said telah
"Orientalisme."
Inti dari Bab ini
adalah bagaimana produksi pengetahuan barat adalah komoditas untuk
dieksploitasi, sama seperti sumber daya alam lainnya. Ketika garis imajiner
antara “timur” dan “barat” didemarkasi tahun 1493 oleh Papal Bull saat itulah
pembedaan yang jelas tentang superioritas dunia barat terhadap timur mulai
terjadi. Bangsa barat mulai mengadakan prjalan ke dunia timur dan menemukan
banyak pengetahuan yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa yang ada di timur.
Mereka terkesima dengan bangsa-bangsa di
timur yang telah mengembangkan pengetahuan lebih baik dari mereka. Banyak hal
yang dilihat oleh orang barat di timur mengenai pengetahuan-pengetahun serta
kearifan lokal dibawa ke barat dan menurut Smith di komodifikasi dan
dikembangkan kemudian setelah itu diklaim merupakan milik barat tanpa melihat
bahwa kontribusi pengetahuan pribumi awalnya adalah dasar pengembangan metode
pengetahuan tersebut. contoh yang bisa diambil menurut saya adalah soal kain.
Persoalan kain pada awalnya merupakan komoditas yang sudah ada di timur,
seperti Cina dan India. kain pada awalnya diperoleh orang barat dari pedagang
dari “silk road” kemudian menjadi komoditas penting di eropa. Ketika Inggris
menguasai India, Inggris menguasai jalur produksi kain di dunia. Kemudian
melalui pengembangannya sampai pada revolusi Industri, tekstil kemudian menjadi
komoditas yang olehg Inggris merupakan dominasi mereka, tanpa melihat awalnya
mereka hanya mendapati pengetahuan itu dari bangsa dari timur.
Revolusi Industri dan pengetahuan pada abad ke XVIII sangat berpengaruh pada superioritas barat
dalam ilmu pengetahuan. Dimasa ini diadakan pengumpulan berbagai artefak,
spesies flora dan fauna (oleh Smith disebut pencurian). Jika melihat berbagai
koleksi buku dan laporan perjalanan ilmiah dari para ilmuan eropa pada abad 18
dan 19 selain mereka mencatat mengenai apa yang mereka lihat di dunia timur.
Mereka juga mencatat berbagai hal, mulai dari pengetahuan local, berbagai
spesies flora dan fauna sampai pada berbagai bahan komoditas yang hanya ada di
suatu wilayah tertentu yang kemudian oleh peneliti tersebut diasumsikan bisa
dijadikan sebuah komoditas untuk industri kedepannya. Implikasi dari hal ini
dapat dilihat pada globalisasi pengetahuan dan budaya barat yang terus menerus
meneguhkan pandangan bahwa dunia barat sebagai pusat ilmu pengetahuan. Semua
pengetahuan yang universal berasal dari barat. Padahal dalam realitanya dalam
banyak kasus, barat hanya mengembangkan pengatahuan yang telah pada awalnya di timur.
Contoh berikutnya dari Smith adalah soal hegemoni dalam pendidikan. Pada masa
Kolonial, pendidikan barat diterapkan dan dipakai sebagai mekanisme menciptakan
elit pribumi baru. Selain itu budaya dan bahasa barat menjadi hal yang sangat
menonjol. Penggunaan bahasa dan budaya barat dalam masyarakat pribumi pada abad
ke 19 menjadi sangat dominan. Sekolah-sekolah yang dibangun pada masa ini
menjadi agen terhadap modernisasi dan pembaratan terhadap dunia pribumi. Contoh
kasus yang diambil Smith adalah pada suku bangsa Maori, namun menurut saya
persoalan ini tidak hanya terjadi pada satu suku atau wilayah saja tapi disemua
wilayah koloni hal ini menjadi sangat signifikan. Saya mengambil contoh kasus
di Minahasa. Seperti diketahui, abad ke 19 merupakan periode di mana instaurasi
kekuasaan colonial sangat berpengaruh di Minahasa. Sekolah dan lembaga
pendidikan dibangun untuk memodernisasi masyarakat. Implikasinya sangat
signifikan dalam masyarakat Minahasa, munculnya kaum terpelajar dari anak-anak
pribumi yang dididik dengan pendidikan barat secara langsung merombak struktur
dan tatanan budaya asli. Anak-anak yang dididik itu kemudian kembali ke komunitasnya dengan paradigm yang
baru dan menganggap budaya asli merupakan sesuatu yang asing dan ketinggalan
jaman. Budaya yang dahulunya menjadi pedoman hidup komunitas, kemudian secara
paksa mulai ditinggalkan. Yang akhirnya ketika masa selanjutnya menimbulkan
krisis identitas yang sangat jelas.
Selain berbagai pandangannya yang revolusioner dalam
mendekonstruksi hegemoni
barat dalam berbagai aspek terhadap timur. Hemat saya, dalam Buku oleh Smith
ini ada hal juga yang menurut saya harus dipahami secara hati-hati dan
menempatkannya dalam proporsi yang berimbang. Paradigma dari sudut pendang Indigenous sangat baik namun ketika aplikasinya dalam konteks historiografi pada
dasarnya harus dipahami dengan baik agar tidak terjerumus ke dalam perspektif
yang sangat etnosentris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar