Tugas
Mata Kuliah : Historiografi
Review
Artikel
'Asian Values' and
Southeast Asian Histories
T. N. Harper, The Historical Journal, Vol. 40, No. 2. (Jun., 1997)
The survival
of “Asian Values” as “Zivilizationkritik”
Mark. R. Thompson, Theory
and Society, Vol 29 No 5 (October 2000)
Roger Kembuan / 341060
Ada lima hal yang penting menurut saya dalam
membandingkan kedua tulisan
ini. Yang pertama adalah, (1) kedua artikel ini membahas suatu tema yang
sama yaitu tentang “Asian Values” namun dengan pemahaman yang berbeda. Kedua, (2) latar historis dan politik yang
muncul di Asia pada masa dekolonisasi 50-90an (pemerintahan yang otoriter)
berpengaruh pada historiografi yang muncul pada era tersebut.
Selanjutnya
yang menarik, (3) kedua tulisan ini diterbitkan pada tahun 1997 dan 2000.
Sebuah periode yang dikenal dengan krisis
ekonomi Asia. Krisis ini secara umum sangat mempengaruhi negara-negara
Asia. Hal Keempat yang penting yaitu, (4) Thompson dalam tulisannya tidak
menyinggung tentang konteks Historiografi sedangkan Harper membahas sedikit
tentang peran sejarawan untuk memberi nilai terhadap sejarah Asia.
Hal
lain juga yang menarik yaitu, (5) kedua tulisan ini secara umum menggambarkan
pemahaman nilai-nilai Asia yang kemudian menjadi jalan untuk menjelaskan latar
belakang tulisan tentang bagaimana orang Asia menulis sejarah mereka yang baru (dari
neederlandsentris ke asiasentris atau indonesiasentris) oleh D.G.E. Hall dan
Sue Nichterlein di artikel yang ketiga dan keempat dari tugas
mata kuliah ini.
Thompson
Setelah
perang dunia ke II terjadi perkembangan yang signifikan dalam masyarakat Asia
secara umum. Munculnya negara-negara baru bekas jajahan kolonial yang kemudian
berkembang di masa tahun 60-90an. Dalam makalah ini Harper menekankan pada Nasionalisme Jeman dan kemudian diadopsi
oleh Meiji Jepang (Asian value) yaitu
tentang klaim budaya melawan demokrasi. Paham ini kemudian menjadi pandangan
yang sangat mempengaruhi dan dianut oleh kebanyakan negara di Asia.
Zivilization Kritik menciptakan
perbedaan budaya dan persoalan identitas dan mengatur agenda politik untuk
mengatur masyarakat. Paham ini menolak individulisme yang berdasarkan barat dan
mengedepankan komunalisme masyarakat yang berakar dari Asia. Namun pada
kenyataannya kemudian, melahirkan pemerintahan/rezim otoriter yang menggunakan Asian
Values sebagai sebuah strategi pembangunan dengan memperkuat idientitas
nasional terlebih dahulu baru kemudian integrasi antara sub-suku bangsa yang
ada.
Paham
ini kemudian semakin popular seiring tingginya perkembangan ekonomi di tahun 70
sampai 90-an yang tertinggi di
seluruh dunia. Yang kemudian membuat negara-negara di Asia
mulai menantang barat. namun ketika krisis di Asia tahun 1990-an kemudian
membuat Asian Values pun dipertanyakan.
Menurut
Thompson Asian Values ada dua yaitu developmentalism (sebelum kemakmuran
diraih, demokrasi adalah sesuatu tidak harus dikedepankan (contoh yang dipakai
adalah Demokrasi Pancasila Orde Baru dan
Junta Militer Burma dimana pembangunan ekonomi dan stabilitas politik dikedepankan
daripada kebebasan dan hak asasi) dan post-develomentaism yang dianut oleh Singapura
dan Malaysia yang cenderung dalam posisi defensive dengan modernisasi ekonomi
dan pendidikan. Singapura menjadi contoh bagaimana penerapan nilai barat yang
ala asia itu menjadi sukses.
Dikaitkan dengan historiografi, pemahaman
seperti ini kemudian sangat mempengaruhi sejarawan Indonesia dan asia dalam
menulis sejarahnya. Sejarah menjadi pembenaran rezim,
Harper
Dalam
tulisannya Harper mengemukakan tema Clash of Cilvilization tentang Timur dan
Barat. Nilai Individualisme dan demokrasi dari Barat dibandingkan dengan nilai
yang dianut oleh Timur yaitu Confusianisme (Komunisme), Islam (Fundamentalisme).
Orang barat menilai bahwa Asia Value tidak lebih adalah manifestasi dari paham konservatif di barat untuk melegitimasi
pemerintahan yang otoriter.
Sedangkan
oleh Mahatir Muhammad Asian Values
adalah sebuah solusi untuk menantang noe-imperialsme dari barat dan juga sebagai
penolakan terhadap sejarah yang dibangun barat. Asia values disatu sisi bersatu
melawan barat tapi di satu sisi terbagi dalam visi Islam atau Confusionisme.
Harper
dalam tulisannya juga membahas tentang peran para sarjana-sarjana dari barat
seperti Geertz, Wolters, Anderson dll dalam membangun sejarah Asia yang baru dan
melihat Asia dari perpektif yang baru.
Permisi mas, saya sedang dalam proses menyusun tugas akhir, dan sedang mencari Jurnal Asian Values and Southeast Asian Histories. Boleh saya minta kontak emailnya mas?
BalasHapus