Nama : Latif Kusairi
Mata kuliah : Historiogarfi
Tulisan Anthony H. Johns ,
berjudul Peran Organisasi Struktural dan Mitos dalam Historiografi Jawa (Historiografi
Tradisional), berisi ulasan mengenai faktor-faktor kultural yang secara
struktur terdapat dalam Serat Pararaton dan Babad Tanah Jawi.
Johns yang sarjana barat menjelaskan bahwa muncul sebuah keraguannya, sebuah
kebingungan dari seorang sejarawan Eropa terhadap sejarah Jawa seperti dalam
contoh di babad dan serat yang telah mencampuradukkan antara fakta
sejarah dan fiksi sejarah, sehingga menurutnya tidak berguna dalam
penelitian secara ilmiah. Johns berpendapat sangat sulit untuk mengukur keakuratan
dari peristiwa sejarah itu sendiri dengan subtansi Historigrafi Jawa. Sebagai
contoh Johns memaparkan dalam pembuaan Sejarah Melayu mengenai raja-raja
Malaka. Diawali dengan
invansi Alexander Agung ke India yang mengalahkan Raja Kida Hindi, kemudian menikahi
putrinya sehingga mewarisi peradapan besar India dan Persia. Kemudian berlanjut
dengan ekspansi menuju wilayah lain dengan proses yang sama sampai ke Nusantara
seperti Sriwijaya dan majapahit.
Antitesis dalam
rumusan masalah kemudian muncul berkenaan dengan kandungan nilai pada karya
historiografi abu-abu (semi historical exordia) ini adalah; dapatkah
karya-karya ini membantu usaha menemukan fakta-fakta yang belum diketahui
sebelumnya? Apakah karya-karya ini mendukung fakta-fakta yang telah diketemukan
dari sumber-sumber lain? Apakah ini dapat mendukung pemahaman perihal sifat dan
fungsi dari institusi-institusi politik yang menaungi wewenang penulis? Apakah
para generasi penerus ini tahu bahwa itu hanya upaya dari legitimasi,
historigrafi tradisional antara Jawa dan Melayu itu berbeda atau bahkan hanya
kelanjutannya.
Johns juga mulai memaparkan Pararaton yang isinya juga hampir sama. Pengkisahan
terhadap pengorbanan Ken Angrok, pendiri Dinasti Singhasari dan Majapahit,
sebelum ia naik tahta pada 1222 M. Dilihat dari tulisan itu sudah sangat
berkembang dengan pola yang baik. Masa
kecil Ken Angrok mungkin mempunyai kisah yang bisa diterima oleh pola pikir
manusia saat ini, dari dilahirkan dari keluarga petani, bertemu Tunggul Ametung
dan Ken Dedes. Namun banyak fiksi sejarah yang kabur dan tidak bisa diterima
oleh akal sehat. Misalnya dalam kalimat ” Angrok kecil yang badannya
mengeluarkan cahaya, hingga menarik perhatian Ki Lembong, seorang pencuri yang
lewat dalam pelariannya”. Apakah mungkin seseorang bisa mengeluarkan cahaya,
dan masih banyak lagi, misalnya rahim Ken Dedes mengeluarkan cahaya yang kelak
akan memberi keturunan yang sakti.
Dalam Babad Tanah Jawi juga muncul
kekacauan dalam penulisannya, bahwa raja-raja itu selalu menulis sejarahnya
dengan pola kultus keturunan dari orang-orang besar . Seperti keturunan Adam,
Isa, Muhammad yang sumber sejarahnya sulit untuk dipertangungjawabkan. Dalam Babad
Tanah Jawi yang dikeluarkan oleh Sultan Agung itu bisa dilihat bahwa pola penulisan babad dengan memakai pola
dongeng yang mungkin menurut Berg tidak bisa dikatakan sebagai sejarah, karena
babad itu ditularkan ke Sultan Agung adalah warisan dari penguasa sebelumnya. Perbedaan yang paling
mencolok dalam Babad Tanah Jawi adalah adanya cerita magic atau bisa
disebut ramalan akan kehidupan yang akan datang. Sultan agung juga menambahkan
bahwa pola penulisan yang ada dengan menggunakan ilmu masa lalu untuk
meramalkan masa depan. Oleh karenanya Berg lebih suka menganggap ini sebagai
dongeng.
Terlepas dari fakta yang banyak mengandung fiksi
sejarah tersebut, Johns merasa bahwa historiografi tradisional merupakan banyak
mengandung mitos. Muncul percampuradukan mana itu fakta sejarah dan fiksi
sejarah. Namun adanya pembagian yang jelas bahwa mana fakta dan nilai, misalnya
pararaton yang menjelaskan tentang kepatriotan dari Ken Angrok dengan
bumbu-bumbu fiksinya. Inilah yang kemudian membawa John beranggapan bahwa
historiografi kita yang semula bersifat mitos tapi sekarang perlu dikaji
utamanya dengan kritik sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar