Nama : Latif Kusairi
NIM : 12/340076/PSA/07391
Buku karya Dr stapel ” Geschiedenisnvan Ned.Indie“ menempatkan bahwa
sejarah abad 18 merupakan sejarah bagi penulisan sejarah Indonesia. Kronologis
tersebut merupakan implikasi dari penulisan sejarah yang ada dalam bangsa ini
masa VOC.
Rupanya apa yang dimaksud Leur dalam tulisan ini adalah adanya peran dari
para raja, para saudagar pribumi dan
orang-orang yang ada dalam pusaran Nusantara yang sudah ikut mencatatkan dalam
sejarah Nusantara. Misalnya bagaimana para raja bergabung dalam upaya
perdagangan dengan VOC, para priyayi yang banyak bekerja di dalam kongsi dagang
VOC ataupun bekerja di perkebunan Belanda. Leur disini juga mendobrak pola
penulisan sejarah Indonesia sebagai sejarah Kumpeni (VOC) yang banyak merugikan
Pribumi. Padahal menurut leur sejarah pada masa VOC adalah bukti bahwa sejarah Indonesia
yang sudah ada namun sedang mengalami kebobrokan dalam pemerintahan dan
armadanya sehingga kaum barat bisa masuk dalam tiga misinya tersebut (Gold, Glory,
Gospel). Namun saya melihat pendapat dari Leur ini sangat punya unsur subyektif
sekali karena dalam permasalahan dagang leur sangat mengeneralisir dari konteks
Ke Indonesiaan dalam satu wadah, padahal waktu itu masih tersistem kerajaan,
yang bersifat lokal. Leur juga tidak tanggap bahwa kondisi kerajaan waktu itu
juga berbeda satu sama lain, bahwa pada masa itu tidak ada pola yang
terdistorsi antara satu kerajaan dengan yang lainnya bahkan saling serang
sehingga VOC dianggap orang ketiga yang kadang justru mempertajam akar
permusuhan tersebut dengan dagang. Tulisan yang diketengahkan Leur pada awal
ini seolah menjadikan barat lebih maju dan timur masih berkutat pada kebodohan
sehingga peran barat untuk mengenalkan kapitalis itu perlu, dalam arti yang
kasar menurut saya adalah penjajahan pada dunia timur dengan pola penguasaan
kapitalistik dan monopoli.
Pendapat lain tentang kesemrawutan tulisan leur adalah upaya yang
mengatakan bahwa kumpeni hanya sebagai kongsi dagang yang hanya mengelola
perdagangan saja, sedangkan pola perbandingan kota yang ada di Indonesia yang
hanya tampak tidak lebih unggul dari negara Asia, itu akibat adanya
kecenderungan bahwa seolah Indonesia hanya punya peradapan yang bobrok, tanpa
punya sejarahnya sendiri sehingga harus meminjam atau nimbrung sejarah
kumpeni. Padahal kalau kita runut dari sejarah yang ada dalam perjalanan negeri
ini, kita punya kerajaan-kerajaan besar yang banyak berbicara di level dunia,
kita juga punya sejarahnya sendiri untuk menganalisis bahwa Indonesia waktu itu
ada sejarah yang muncul ke permukaan. Munculnya kumpeni inilah yang menurut
saya justru menyebabkan sejarah Indonesia mengalami zaman kegelapan sehingga
dari situ muncul pemberontakan-pemberontakan terhadap kumpeni. Dari situlah
sebenarnya sejarah Indonesia berbicara banyak akan masanya, bukan malah sejarah
Indonesia suram terhadap masa akibat kumpeni.
Bukan sejarah tentang jawa harus meminjam sejarah dari Raffles ” History
of Java” akan kemolekan sejarah itu sendiri. Inilah yang justru menyebabkan
seolah sejarah punya masa, mahzab dan versi tersendiri.
Dalam tulisan ini sebenarnya juga banyak muncul ambiguitas antara fakta
sejarah yang ada. Misalnya bahwa
kegiatan perekonomian laut yang ada di Indonesia pada abad 18 mati akibat
adanya kumpeni ada benarnya juga tapi ingat bahwa kongsi dagang yang ada
dalam Indonesia dikuasai oleh kumpeni
sehingga matinya laut Indonesia bukan karena adanya kebobrokan pribumi tapi
lebih pada pengelolaan kumpeni yang kurang maksimal. Padahal disitu tulisan ini
sendiri terjebak pada ketidak konsistenan, yaitu laut Indonesia yang mati tapi
justru banyak barang gelap yang masuk ke Indonesia. Logikanya jelas bahwa
barang tersebut melalui jalur laut, sehingga justru para pedagang banyak yang
datang ke Indonesia.
Tulisan lain yang menurut saya sangat ambigu adalah, pernyataan bahwa VOC
rutuh bukan karena korupsi.pegawainya, justru banyak mempermasalahkan adanya
politik kelumpuhan di laut, kalah pasaran di eropa dengan barang-barang
Inggris, ataupun kurangnya pasokan barang dari pribumi akibat banyak yang mbalelo.
Justru dalam historiografi Indonesia, kelumpuhan ini banyak diakibatkan adanya
jiwa korup dikalangan pegawai VOC sendiri. Inilah rasanya yang banyak
menjadikan unsur paksaan terhadap pola penulisan. Pola penulisan yang harus
kontradiktif antara Nerlandosentris dan Indonesiasentris. Tulisan ini mencoba menyangkal dari pola
penulisan yang bergaya Indonesia dengan mengetengahkan data dan tulisan versi Belanda.
Kata terakhir dalam tulisan ini adalah ” pemencilan diri (Bangsa Indonesia)
dengan agama sebagai tamengnya”. Saya rasa wajar bahwa masuknya budaya barat ke
Indonesia sewajarnya tidak sertamerta ditelan begitu saja, filter dengan
pendidikan agama yang kuat adalah jatidiri bangsa Indonesia karena barat dan
timur mempunyai budaya yang berbeda. Leur disini kembali salah rekam akan
penyamaan budaya, sehingga menganggap bahwa budaya timur itu ketinggalan
zamannya.
Sedikit menambahkan bila tulisan ini dikomparasikan dengan tulisan dari Dr.
Retno Winarni tentang bupati-bupati di karesidenan Besuki, ada istilah bahwa
kematian akan sejarah Indonesia itu justru akibat campur tangan barat dan
melakukan pembatasan peran dari pemerintah kerajaan dengan menggantikan bupati.
Di lain pihak itu bagus karena pemerintahan yag ada bisa mengontrol pada
tingkat yang paling bawah. Namun perlu di catat bahwa pembentukan buapti lebih
pada adanya penelamatan dari sumber ekonomi Belanda agar bisa terkontrol dengan
baik. Bupati di sini tidak banyak perannya karena harus berjalan sesuai
prosedur yang di inginkan Pemerintah Belanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar