Nama :
Septi Utami
No.
Mahasiswa : 12/339799/PSA/7354
Tempayan Kalimantan
Menurut Sebuah Teks Melayu Tahun 1839
Artikel ini mengkisahkan tentang
penjualan tempayan di Kalimantan Barat pada abad ke-19. Dalam artikel ini
dikisahkan tentang sejarah tempayan bermula hingga sampai ke Sintang, selain
itu disebutkan pula tentang teks mengenai tempayan. Teks ini merupakan sebuah
data-data tentang berbagai nama tempayan serta harga-harga tempayan sehingga
dapat membantu para pembeli maupun pedagang untuk mengenali berbagai jenis
tempayan. Hal ini dilakukan guna mencegah para pembeli tempayan untuk
mendapatkan barang palsu. Tempayan disini merupakan sebuah perabot yang diambil
para pedagang Sintang dari Jawa guna dijual kembali. Tempayan sendiri pada masa
itu diceritakan berubah fungsi, yang awalnya sebagai tempat penyimpan perobat
menjadi sebuah peralatan yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah ataupun
tulang belulang. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya orang-orang yang
terpandang serta para kaum bangsawan saja yang dapat membeli tempayan, karena
dapat dilihat dari harga-harga yang ditawarkan para pedagang. Penggambaran
status sosial pada tempayang seperti yang disinggung di atas membuat pembuat
gerabah dari Tiongkok untuk datang ke Kalimantan dan menetap di sana.
Temapayan sendiri mengalami
pergesaran dalam hal motif atau hiasan yang ada di tempayan. Banyak jenis model
atau hiasan yang ditampilkan dalam artikel ini, tetapi yang paling menonjol
adalah hiasan dari gambar naga pada tempayan. Dijelaskan oleh penulis bahwa
awalnya naga itu hanya tergambar kecil di bagaian tempayan. Akan tetapi, ini
berubah dengan berjalannya waktu. Tempayan-tempayan itu kini banyak dihiasi
motif maupun gambar naga itu sendiri, seperti penambahan relief gambar di
bagian pundak, gambar yang memperpanjang perut naga, dan menjadi gambar-gambar
yang biasa dijumpai dari tempayan.
Artikel ini bercerita pula bahwa
terdapat ritus-ritus mistik yang tergambar di sebuah tempayan. Digambarkan
bahwa tempayan merupakan penghubung orang hidup dan orang mati serta adapula
cerita-cerita bahwa tempayan merupakan perwujudan dari seekor hewan. Hal
tersebut dapat kita perbandingkan bahwa pada abad ke-19 dimana saat itu
pengaruh Islam sudah menyebar bahkan daerah penyebarannya di Melayu, jarang
sekali menemukan kisah-kisah mistis seperti di Jawa. Pernyataan tersebut dapat
pula kita lihat sebagai adanya persinggungan antara pedagang Jawa dengan
pembeli dari Kalimantan Barat. Adanya perjalinan suatu komunikasi yang memuat tentang
cerita-cerita terkandung didalam tempayan berasal dari Jawa, daerah sebagai
penghasil tempayang ini.
Penulisan dari artikel ini
memberikan banyak informasi yang dapat membantu pembaca untuk mengenal lebih
dalam berbagai jenis tempayang. Selanjutnya, banyak cerita yang ditunjukkan
untuk menggambarkan kehidupan di daerah Kalimantan Barat tersebut. Pengetahuan
yang cukup baik tentang tempayan digambarkan dalam artikel yang menyebutkan
bahwa terdapat pembeli yang membeli tempayan palsu. Hal ini dilakukan pembeli tempayan
palsu ini dengan memperhatikan model ataupun hiasan dari tempayan palsu itu
yang berbeda dari tempayan asli. Selain nama-nama tempayan artikel ini memuat
tentang ukuran-ukuran dan bentuk dari tempayan. Akan tetapi, yang sangat
disayangkan adalah artikel ini tidak memuat tahun tempayan-tempayan itu dibuat
karena penulis tidak menemukan sumber tentang pembuatan tempayan.
Penulis artikel ini juga menjelaskan
dengan rinci tentang teks-teks melayu dan dicoba diartikan dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kata-kata yang kurang
dimengerti bagi pembaca yang bukan orang Melayu. Hal ini disebabkan terjemahan
teks itu yang sudah diartikan kedalam bahasa Indonesia, namun masih ada perkata
maupun tantanan kalimat yang menggunakan bahasa Melayu sehingga membingungkan
pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar