NAMA : HERVINA NURULLITA
NIU
: 339971
Syair
Sultan Fansuri
Dalam
pendahuluan buku Sejarah Melayu dijelaskan bahwa pada umumnya sejarah Melayu
ditulis dalam bentuk prosa dan syair. Prosa bersifat metaforis dan
interpretasinya rumit sehingga lebih sulit untuk dimaknai. Sedangkan puisi
menjelaskan fakta dengan apa adanya. Walaupun berbentuk prosa dan syair namun
sejarah Melayu merupakan karya sastra sejarah yang dapat dipercaya karena
peristiwa yang diceritakan benar-benar terjadi walaupun penulis tidak
menyebutkan angka tahun yang jelas. Hal ini disebabkan oleh penulis-penulis
naskah Melayu melihat suatu kejadian dari sifat kepahlawanan seseorang dan
garis keturunan tokoh tersebut. Jadi aspek waktu tidak begitu diperhitungkan.
Mengenai Syair
Sultan Fansuri telah disalin oleh Van der Tuuk dan Jane Drakard. Namun hasil
tulisan Van der Tuuk terkesan hanya menyalin kata-kata tanpa komentar. Jane
Drakard juga menuliskan naskah tentang Barus. Dalam bukunya yang bejudul
Sejarah Raja-raja Barus. Selain menggunakan sumber dari Drakard, Henri
Chambert-Loir juga menggunakan sumber lain yaitu Hikaijat Tjarita Baros yang
berasal dari tahun 1873 sebagai naskah pembanding. Semua naskah tersebut
menceritakan tentang periode modern sejarah Barus yang ditandai dengan
kehadiran dua keluarga raja yaitu Raja di Hulu dan Raja di Hilir. Naskah
tersebut menceritakan kehidupan sosial, ekonomi dan politik serta memiliki
tujuan untuk legitimasi kerajaan Barus. Naskah Barus tersebut dikarang pada
tahun 1812-1824. Menurut Drakard naskah tersebut berasal dari abad ke-16,
umumnya ditulis secara turun-temurun untuk membuktikan adanya garis keturunan
yang tidak terputus. Namun dalam penulisan tersebut juga terdapat legenda dan
mitos yang menyangkut periode yang lebih tua. Yaitu periode awal terbentuknya
kerajaan menjadi dua. Tokoh tersebut adalah Sutan Ibrahim.
Artikel tersebut
menjelaskan bahwa Barus selalu dikuasai Aceh setidaknya mulai abad ke -16 yang
menguasai pelabuhan-pelabuhan Barus. Hingga kedatangan orang-orang Belanda dan
Inggris yang dilarang berdagang tanpa seizin Raja Aceh. Barus juga mendapatkan
ancaman perdagangan dari Meulaboh dan Tapus. Pada saat inilah Belanda turut
campur tangan di Barus. Barus pun membantu Belanda dengan harapan Belanda ada
dipihaknya. Pada tahun 1693-1694 Belanda menghapuskan sifat ganda kerajaan dan
menempatkan garnisun (tentara) di Barus. Dari keterangan diatas memperlihatkan
bahwa kehidupan masyarakat Barus bergantung pada perdagangan. Dengan
dikuaisainya pelabuhan oleh Aceh, maka keadaan ekonomi Barus selalu lemah
sehingga meminta bantuan Belanda untuk menangani masalah terhadap Aceh.
Pada tahun
1780-1820 Belanda meninggalkan Barus. Saat itulah Inggris masuk dan campur
tangan terhadap Barus. Akibat tekanan dari Tapus, maka pada tahun 1809 Raja
Barus (Sutan Baginda) menawarkan sebuah kekuasaan kepada Inggris dengan tujuan
mendapatkan perlindungan Inggris. Hal tersebut ditolak oleh Inggris karena pada
waktu itu Barus sudah tak berarti. Namun Sutan bahagia ketika Inggris
memberinya sertifikat sebagai sekutu Inggris. Pada tahun 1815 Sutan Barus
bertemu dengan David Jones seorang Kapten Inggris yang dikirim ke Aceh, ia
memberikan teks tradisi tentang berdirinya kota Barus yang isinya sama dengan
Hikajiat Tjarita Baros.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar