NAMA: HERVINA
NURULLITA
NIU : 12/339971/PSA/07380
SEX,
RACE AND THE CONTRACT
(MARY
CATHERINE QUILTY)
Dalam artikel Mary
Catherine Quilty, ia mengangkat tulisan Marsden, Symes, Raffles, Crawfurd dan
Anderson. Menurutnya terdapat beberapa pertentangan dalam teks yang mereka
tulis. Dalam artikel tersebut membicarakan tentang gender, ras dan perjanjian
(kontrak) dalam kaitan dengan kegiatan ekonomi. Pemikiran individu tentang
teori ekonomi tidak berlaku khusus untuk gender, ras atau kelas tapi lebih ke
peraturan dalam perdagangan (perjanjian dagang). Yang dibahas dalam tulisan ini
adalah sistem ekonomi liberal. Sistem ekonomi liberal yang dikembangkan oleh
Adam Smith menjelaskan bahwa kemakmuran suatu masyarakat ditentukan oleh
individu-individu dalam suatu masyarakat, jadi dalam melakukan kegiatan ekonomi
individu diberikan kebebasan dalam menjalankannya.
Perjanjian/kontrak
sosial merupakan cara orang berhubungan dengan orang lain pada masa itu.
Terutama dalam hubungan perdagangan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan tentang
perjanjian antara East Indian Company dan Pemerintah Inggris yang dibuat dengan
Sultan. Dalam perjanjian/kontrak sosial seharusnya hubungan antara kedua belah
pihak adalah sejajar bukan sebagai bawahan ataupun atasan. Namun dalam teks Marsden,
Symes, Raffles, Crawfurd dan Anderson lebih suka jika Sultan menjadi bawahan
mereka. Hubungan saling ketergantungan dalam kontrak social tidak dijelaskan
secara terbuka dalam kelima teks tersebut.
Seorang filsuf
John Locke, menceritakan sebuah kisah tentang awal terbentuknya kontrak social.
Ia menggunakan konsep patriarki dalam cerita tentang terbentuknya kontrak
social. Marsden, Raffles, dan Crawfurd juga telah dipengaruhi oleh konsep
patriarki Locke. Patriarki adalah suatu konsep yang menempatkan laki-laki pada
kedudukan yang lebih tinggi daripada wanita. Dalam konsep ini terlihat jelas
bahwa terdapat perbedaan tugas antara laki-laki dan perempuan, terutama dalam
kehidupan berumah tangga. Laki-laki memiliki otoritas dalam mengontrol keadaan
ekonomi keluarga, sehingga wanita memiliki akses public yang lebih sedikit. Hal
ini disetujui olek Locke, ia menjelaskan penolakan terhadap wanita dalam
kontrak social. Wanita tidak diperbolehkan dalam melakukan kontrak social. Symes
tidak menyukai hal-hal yang terjadi pada wanita di Birma, penjualan anak
perempuan dan memberikan istri kepada orang asing yang berkunjung ke Birma. Dalam
pandangan Symes seksualitas perempuan sangat penting untuk reproduksi pengembangan
ekonomi. Namun masalah perempuan ini oleh Anderson dikaitkan dengan perdagangan
dan perbudakan. Perdagangan erat kaitannya dengan perkawinan. Kaum wanita
tersebut “diekspor” kepada koloni Inggris dan dijadikan istri oleh pedagang-pedagang
Cina dan lain-lain. Jadi dalam hal ini wanita masih berada jauh dibawah
laki-laki yang tidak memliki peran dalam dunia luar kecuali dalam rumah tangga.
Perbudakan yang
terjadi pada masa pemerintahan Raffles telah ia hapuskan. Ia mengumumkan secara
resmi penghapusan terhadap perbudakan, namun ia sendiri juga melanggar tentang
undang-undang perbudakan yang ia buat dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke
Banjarmasin untuk membantu Alexander Here yang kekurangan tenaga kerja. Menurut
Marsden perbudakan tidak akan terdengar menyeramkan jika para budak-budak
tersebut bahagia. Maka dari itu Raffles belajar dari petani teh dan kopi di
Sunda. Dengan budidaya tanam teh dan kopi, para budak dapat menyesuaikan diri
dengan pekerjaan yang awalnya dipaksakan menjadi hal yang biasa.
Populasi
penduduk Jawa yang pada waktu itu sangat rendah. Hal ini diakibatkan pada
pemerintahan Belanda banyak warga yang mati, imigrasi, atau mati karena kerja
rodi Belada. Atas keprihatinan tersebut Raffles ingin menggandakan jumlah
penduduk Jawa. Yang diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk Jawa 300 tahun
kemudian. Pada masa pemerintahan Inggris telah tercatat terjadinya pertambahan
penduduk di Kabupaten Priangan untuk satu tahun.
Kelebihan dalam historiografi Inggris lebih
baik daripada penulisan sejarah pada masa Belanda. Walaupun masa pemerintahan
Inggris di Indonesia hanya sebentar tapi ia berusaha menuliskan
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masanya. Sehingga muncullah karya
seperti History of Java dan History of Sumatra. Sementara itu dari artikel Mary
Catherine Quilty dapat kita lihat bahwa hasil penelitian yang ia sajikan berupa
data tentang kehidupan masyarakat pada zaman itu. Dalam arti bahwa historiografi
Inggris juga tidak hanya terpaku pada sejarah orang-orang besar saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar