NAMA : HERVINA NURULLITA
NIU : 12/339971/PSA/07380
ASIAN VALUES AND SOUTHEAST ASIAN
HISTORIES (T.N HERPER) AND
ON THE STUDY OF SOUTHEAST ASIAN HISTORY (D.G.E
HALL)
Tulisan D.G.E Hall mengenai “On The Study Of Southeast Asian History” mengemukakan
tentang tulisan-tulisan dari berbagai sejarawan yang menulis tentang tema Asia
Tenggara. Antara lain Bernard Philippe yang menulis “Angkor et le Cambodge au XVI sidcle d'apres
les sources portugaises et espagnoles” (Paris, 1959) yang
meneliti tentang peradaban kuno Khmer JG
de Casparis meneliti tentang prasasti abad kedelapan dan kesembilan di Pulau
Jawa, dari tulisan ini dapat kita ketahui tentang dinasti Syailendra, Paul
Wheatley yang meneliti tentang pemeriksaan ulang tulisan Cina, Yunani, Arab, Persia
dan India dalam bukunya yang berjudul “The Golden Khersonese”. Dan masih banyak
lagi peneliti lainnya. Dalam penelitian para ahli tersebut hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah pentingnya sumber-sumber dari Cina sebagai bahan
perbandingan, epigrafi masing-masing daerah yang belum banyak diteliti, arkeologi,
serta sejarah lisan dan tulisan dari masing-masing daerah yang masih perlu
digali. Disini Hall juga menulis tentang “A History of South-East Asia”. Dalam
bukunya tersebut Hall membagi Asia Tenggara menjadi empat periode (1) Periode
pra Eropa, (2) Periode Asia Tenggara selama awal fase ekspansi Eropa, (3) Masa Ekspansi
Eropa, (4) Nasionalisme dan tantangan terhadap dominasi Eropa. Dari tulisan
Hall ini dapat dilihat bahwa masih diperlukannya kekhasan/identitas dalam
penulisan sejarah Asia Tenggara karena masih banyak hal yang belum diungkap. Dari
penelitian yang dijelaskan Hall disini, semua penulis adalah orang-orang Barat,
untuk itu diperlukan para penulis (sejarawan) lokal yang meneliti tantang Asia
Tenggara sehingga dapat membentuk identitas tersebut.
Tulisan T.N Herper mengenai “Asian Values and Southeast Asian Histories”
(nilai-nilai Asia) menjelaskan tentang pandangan Barat terhadap Asia. Hal tersebut
mulai muncul dan berkembang setelah Perang Dingin. Pada saat itu muncul anggapan
dari Barat bahwa adanya kebangkitan Timur yang akan membahayakan Barat. Menurut
Samuel Hutington, ada dua hal yang menurutnya menjadi kekuatan besar Asia untuk
bangkit, yaitu islam dan konfusianisme. Islam dan konfusianisme menjadi sebuah
kekuatan tersendiri tentang kebangkitan Asia. Karena kudua aliran tersebut
mempunyai banyak penganut di Asia. Yang sebenarnya dua hal tersebut memiliki
kesamaan dengan perdaban non-Barat. Hal inilah yang kemudian muncul istilah
dari Samuel Hutington yang disebut sebagai “benturan peradaban”. Menurut
saya,yang dimaksud dengan kebangkitan Asia adalah modernitas Asia itu sendiri. Tujuan
dari modernitas Asia adalah untuk mengimbangi Barat. Sebenarnya “nilai-nilai
Asia” adalah konstruksi Barat dan pembahasan mengenai Asia itu sendiri. Sedangkan
menurut Asia, “nilai-nilai Asia” adalah penolakan terhadap sejarah Barat seperti
kolonialisme Barat di Asia. Di Asia sendiri perdebatan mengenai “nilai-nilai
Asia” adalah perdebatan tentang ‘mau dibawa dan bergerak kemanakah sejarah Asia’
itu sendiri. Hal ini menuntut kekhasan dari Asia dalam penulisan sejarahnya. Karena
“nilai-nilai Asia” tersebut akan dapat dipahami dengan sendirinya jika Asia sudah
bisa menemukan kekhasan pada dirinya dalam artian identitas penulisan sejarah
Asia Tenggara. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang tentang penulisan sejarah di
Asia Tenggara. Upaya untuk merebut kembali kesadaran historis diawali oleh Cliffort
Gertz, James Siegel, Shelly Erington, Ben Anderson, dan lain-lain yang memandang
sejarah bukan hanya sekedar mitos. Serta biografi-biografi yang ditulis oleh
sejarawan Asia Tenggara. Seperti Rudolf Mrazek yang menulis tentang biografi
Sutan Sjahrir dan Helen Jarves yang menulis tentan Tan Malaka. Selanjutnya, nilai
adat yang tidak bisa dipisahkan dalam penulisan sejarah memberikan pengaruh
dalam penulisan sejarah Asia Tenggara. Penemuan kembali sejarah kolonial juga
merupakan pemeriksaan ulang yang harus dilakukan dalam penulisan sejarah Asia
Tenggara. Dari tulisan Herper ini dapat dipahami bahwa perlu adanya peninjauan kembali
tentang penulisan sejarah Asia Tenggara sehingga kekhasan atau identitas dalam
sejarah Asia Tenggara dapat dipahami.
Dari kedua tulisan tersebut, hal paling penting yang diungkapkan adalah
mengenai pentingnya identitas Asia Tenggara dalam penentuan arah penulisan
sejarahnya yang diketahui bahwa masih banyak hal yang perlu diungkap di Asia
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar