:
339987
PERAN STRUKTUR
ORGANISASI DAN MITOS
DALAM HISTORIGRAFI JAWA
Oleh Anthony H. John
DALAM HISTORIGRAFI JAWA
Oleh Anthony H. John
A. Ringkasan
Artikel
ini membahas tentang isi pararaton dan
babad tanah jawi, fungsi dari keduanya persamaan dan perbedaan dari
keduanya dan bagaimana sikap kita terhadap kedua sumber semi sejarah tersebut.
Pararaton
Bagian yang penting dari Pararaton adalah cerita mengenai perjalanan
hidup Ken Arok, pendiri kerajaan Singhasari dan Majapahit, sebelum ia menerima
tahta tahun 1222. yang menceritakan bagaimana rengkarnasi Ken Arok sampai ia
menjadi raja, menawarkan untuk mengorbankan dirinya sendiri pada Yamadipati,
selanjutnya dijanjikan akan dilahirkan kembali sebagai Raja Singhasari.
Perjalanan hidup Ken Arok penuh dengan
liku-liku, dimana liku tersebut mengikuti apa yang diyakini sebagai persyaratan
seseorang dinggap pantas menjadi raja. Dimulai dari kelahirannya yang merupakan
reingkarnasi dari dewa Wisnu (akan menunjukkan sifat kedewaan dalam diri Ken
Arok), kemudian diceritakan setelah lahir tubuhnya dapat memancarkan cahaya,
kemudian pengadopsiannya oleh Ki Lembong (seorang pencuri) yang diyakini
mempunyai kekuatan-kekuatan yang luar biasa yang tentunya akan diwarisi oleh
Ken Arok. Setelah menginjak dewasa, Ken Arok berubah menjadi orang yang baik
dan bertemu dengan sekelompok orang yang berbeda (diyakini sebagai pola
kehidupan pahlawan-pahlawan Jawa). Diteruskan lagi dengan dengan
keberhasilannya menikahi Ken Dedes, yang akan menjadikan dia cakravatin (penguasa alam) dan akan
menurunkan raja-raja tanah Jawa.
Semua cerita perjalanan hidup Ken Arok
di atas, memang pantas untuk dipaparkan dalam pararaton mengingat fungsinya sebagai
legitimasi kekuasaan, bukti pemberkatan atas kekuasaannya dan bukti yang
menunjukkan bahwa ia memang memiliki kualifikasi untuk menjadi raja serta menyesuaikan
dengan konsep raja bagi masyarakat Jawa (Raja dipandang sebagai wakil Tuhan,
jadi sudah seharusnya kalau ia mempunyai kelebihan-kelebihan).
Babad Tanah Jawi
Babad
Tanah Jawi juga memiliki fungsi yang sama dengan paraton, tetapi tokoh yang
diceritakan di sini adalah Senopati, pendiri kerjaan Mataram yang dimulai dari
percampuran antara nabi-nabi umat Islam dan Dewa-Dewa Hindu yang kelak akan
menurunkan para Pandawa (nenek moyang raja-raja Jawa). Semua itu intinya iingin
menunjukkan sesuatu yang luar biasa (keturunan nabi dan dewa adalah orang yang
sangat luar biasa, yang ditujukan pada Senopati). Kemudian dilanjutkan dengan
pengadopsiannya oleh Sultan Pajang, Jaka Tingkir dan ayahnya, Ki Ageng Sela
adalah orang yang langsung mengantarkan Jaka Tingkir menjadi raja Pajang (keduanya
ingin menunjukkan bahwa ia adalah pewaris kerajaan yang sah). Dilanjutkan
dengan jatuhnya bintang saat ia terbangun dari tidurnya (ramalan bahwa kelak ia
akan menjadi raja). Perkawinannya dengan Nyi Loro Kidul yang menyebabkan ia
dapat mengendalikan seluruh roh di tanah Jawa.
Babad tanah jawi lebih mementingkan
geneologis, dimana faktor keturunan dianggap sangat penting untuk menentukan
apakah seseorang pantas menjadi raja atau tidak. Babad tanah jawi juga lebih
merupakan percampuran antara unsur lokal dengan unsur Islam.
B. Kelebihan Artikel
·
Dalam artikel ini Anthony John
memaparkan dengan cukup jelas mengenai isi dari paraton dan babad tanah jawi
itu sendiri, sehingga saya dapat lebih mengerti isi dari keduanya.
·
Anthony John adalah orang yang cukup
cerdas, dimana ia dapat mengkaitkan antara fungsi raja bagi masyarkat jawa,
untuk mengkaji paraton dan babad tanah jawi, sehingga kita dapat melihat bahwa
apa yang diceritakan dalam keduanya adalah sesuatu yang sangat wajar.
·
Artikel yang ditulis oleh Anthony John
ini bukan artikel yang menunjukkan skeptimisme. Artinya ia masih menawarkan
suatu solusi untuk kita dalam menghadapi sumber semi histori semacam ini. Hat
tersebut dapat tidak lihat di ahir bagian dari artikel ini: “only a careful
weighing of the evidence and readiness to experiment in the use of analytic
concept tasted over a wider area can determine whether such a point of depater
represents a new and "frutful
approach to the study of Javas’s past, or yet another yet end”. Yang intinya dengan melakukan pengujian yang
lebih mendalam lagi, maka akan diketahui bahwa apakah isi dari pararaton dan
babad tanah jawi adalah fakta sejarah ataukah hanya mitos (artinya, karena
mitos ya sudah tidak usah diuji kebenarannya).
C. Kekurangan Artikel
·
Anthony John ini merupakan seorang
penulis orientalis yang kurang konsisten atau dapat juga disebut sebagai keberpihakan
yang sangat terlihat, menurut saya tentunya. Hal tersebut dapat kita lihat dari
ungkapannya “And although from the time of Demak inward the Hindu-Javanese
tradition gradually reasserted itself, yet the forms it took were influenced bu
the beliefs and lower level”. Intinya John menganggap bahwa penulisan sejarah
Demak dan setelahnya yang telah dipengaruhi unsur Islam dianggap sebagai
tulisan yang lower level/ levelnya rendah. Ketidak konsistenannya terlihat
ketika dia menawarkan jalan tengah seperti yang telah saya tulis di atas,
terhadap isi dari paraton untuk dilakukukan pengujian ulang, mengapa tulisan sejarah
dari Demak ke depan langsung dijudge sebagai lower level. Padahal jika kita
dari segi “mitos” sama saja, keduanya memaparkan banyak cerita yang kurang bisa
diterima akal sehat. Atau dengan bahasa
yang lebih tegas, menurut saya ini adalah bukti ketidaksukaan Anthony John
terhadap Islam.
·
Anthony John tidak memasukkan konsep tentang
mitos dan narasi (yang merupakan produk dari bahasa/ dapat kita artikan sebagai
sesuatu yang kita tangkap/tertulis), sehingga artikel ini menjadi kurang
menantang dan kurang membuat pembacanya berfikir lebih dalam. Menurut Purwanto
(2006:9-10) sejarah sebagai representasi masa lalu tidak hanya ditentukan oleh
bahasa, karena naratif yang merupakan produk dari bahasa, hanya ada jika
terdapat realitas (terkadang kita sebut sebagai pengalaman) di masa lalu itu.
Jika kita berlandas pada pendapat itu, maka bisa saja apa yang ditulis dalam
pararaton dan babad tanah jawi adalah benar, yang tentunya dampak positifnya
akan membuat pembaca semakin penasaran untuk menyediki kebenaran isi dari
pararaton maupun babad tanah jawi melalui berbagai pendekatan.
Referensi
Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!. Yogyakarta: Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar