Nama : Derta A
:
339987
Natural
History: New Ways of Knowing
By:
William Marsden
Dari
judul tulisan ini “Natural History: New
Ways of Knowledge, ada satu hal yang sangat menarik untuk kita perhatikan.
Sejarah alam: jalan baru ilmu pengetahuan, kurang lebih demikian arti judul
tersebut. Sejarah alam memang sesuatu yang baru dalam penulisan sejarah, karena
pada umumnya historiografi sejarah hanya menggambarkan tentang keadaan
manusianya saja dan itupun terbatas pada orang-orang yang berhubungan dengan
kekuasaan/ orang-orang besar, kalaupun memasukkan
data tentang keadaan alam sekitar hanya seperlunya saja; itupun biasanya
dilakukan dengan mengambil penelitian-penelitian yang sudah ada. Marsden mencoba menghadirkan sejarah alam,
khususnya Sumatra dengan melakukan observasi secara langsung dan ia dengan
sangat menarik menggambarkan keadaan alam di Sumatra.
Selain
itu, yang membuat tulisan ini menarik adalah karena memang penulisannya bukan
dilatar belakangi kepentingan politik, sehingga dalam penggambarannya dapat
dilakukan seobyektif mungkin. Meskipun tidak sepenuhnya benar, mengingat
Inggris adalah negara industry, maka bagi Inggris mengetahui potensi alam suatu
tempat sangat diperlukan untuk keperluan bahan mentah dan sekaligus mencari
pasar baru bagi industry mereka. Menurut saya tulisan Marsden ini juga semacam
“proyek” dimana Inggris merasa penulisan keadaan alam yang telah dilakukan
sebelum Marsden kurang mempuni. Terlepas dari itu, kita tidak dapat memungkiri
betapa besar sumbangan tulisan Marsan terhadap dunia luas untuk mengetahui alam
Sumatra. Disamping itu, tulisan Marsden juga sangat berguna jika kita lihat
konteks waktunya, dimana selat Malaka merupakan jalur perdagangan yang ramai,
sehingga pengetahuan tentangnya bisa dikatakan mutlak diperlukan.
Dalam
bukunya The History of Sumatra, yang
banyak dikutip dalam tulisan Natural
History ini, Marsden menggambarkan keadaan alam Sumatra secara cukup detail,
antara lain gunung berapa, keadaan daratan, tanah, lautan di Sumatra dan
lain-lain. Menurutnya
Ada beberapa gunung api
yang terletak di Sumatra, yang dalam bahasa Melayu disebut gunong api. Lahar
yang mengalir berasal dari daerah Priamang, tetapi tidak pernah terdengan
kerugian yang ditimbulkan akibat lahar tersebut, hal tersebut mungkin
dikarenakan memang penduduk di Sumatra pada waktu itu masih jarang.
Tulisan
ini sangat berbeda dengan tulisan orang Belanda tentang nusantara, dimana
kepentingan politiknya sangat terasa, bahkan hampir kita temui di setiap
paragrafnya. Coba kita simak pernyataan dari van Leur dalam tulisannya yang
berjudul “Abad ke 18 sebagai Kategori
Penulisan Sejarah Indonesia” berikut ini: di kawasan Asia, pada abad ke 18,
Iran, Birma, Cina dan Jepang masih sangat kuat jika dibandingkan dengan
negara-negara Eropa, termasuk Belanda. Bahkan menurut van Leur, kantor dagang
kompeni di berbagai tempat mengalami kemunduran; di Iran dan Arabia
ditinggalkan, di India berkurang artinya. Meskipun demikian, di Jawa kompeni
mencapai suatu keberhasilan dengan membagi menjadi tiga kerajaan Mataram lama;
Sunan, Sultan dan Mangkunegara (1755-1757). Van Luer juga mengatakan bahwa pada
abad ke 18 tidak ada satu kawasanpun di Asia yang dikuasai bangsa Eropa. Bahkan
ia menyatakan tahun 1799 rakyat Jawa mengalami sebuah kemakmuran. Dari
pernyataan-pertanyataan di atas, nampak dengan sangat jelas, kepentingan
politik atau tujuan politik dari tulisan van Leur tersbut; van Leur menulis
artikel ini dengan membayangkan masa depan; suatu saat penduduk nusantara akan
menuntut ganti rugi atas explorasi selama ini. Ia mencoba mengkambinghitamkan
Inggris dan negera Asia lainnya seperti Cina. Nah di sini sangat terasa sekali
perbedaan dari dua jenis historiografi. Lalu coba kita bandingkan dengan
tulisan dari Marsden ini, tentu kita akan langsung tahu tulisan mana yang
memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan.
Belanda
memang kurang mementingkan daerah jajahannya (bagi mereka yang penting meraka
mendapatkan keuntungan), sehingga hal tersebut berpengaruh pula terhadap
penulisan sejarah yang mereka lakukan. Tidak demikian halnya dengan Inggris,
yang masih memperhatikan daerah
jajahannya, setidaknya nampak dari karya Marsden The History of Sumatra.
Artikel
ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari artikel
ini, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa artikel ini memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap sumbangan yang sangat berharga dalam
kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya cara baru dalam penulisan historiografi
dan pengetahuan tentang Sumatra itu sendiri. Selain itu, menurut saya tulisan
ini dapat dipercaya, karena memang merupakan observasi Marsden di Sumatra pada
khususnya dan di nusantara pada umumnya. Adapun kekurangan dari tulisan ini
yaitu pada umumnya hanya mendeskripsikan tentang keadaan alam saja, sehingga
cendrung agak membosankan.
Bacaan
Marsden,
William. 1811. The History of Sumatra,
Containing an Account of the Government, Laws, Customs, and Manners of the
Native Inhabitants. with a Description of the Natural Productions, and a
Relation of the ancient Political State of that island.
van Leur. 1973. “Abad ke
18 sebagai Kategori Penulisan Sejarah Indonesia” (terjemahan dalam bahasa
Indonesia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar