Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

Tugas Review ” Bab 3 Struktur Kebergantungan Akademis Dan Pembagian Kerja Global Ilmu Pengetahuan, Dari Buku Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia” Karya Syed Farid Alatas



Nama              : Hendra Afiyanto
NIM                : 339981
Mata Kuliah  : Historiografi


Apakah Bangsa Indonesia (pada khususnya) dan Bangsa-Bangsa Asia (pada umumnya) telah bebas dari imperialisme dan kolonialisme? Apakah indikator dari kemerdekaan itu? Awal dari pembicaraan kita pada review ini saya awali dengan dua konsep yang sudah dikemukaan di atas. Buku berjudul “Buku Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia” Karya Syed Farid Alatas adalah salah satu hasil karya orang Asia yang mungkin dapat menjelaskan konsep yang dikemukakan di atas. Dalam bab III dari buku ini penulis menjelaskan betapa bergantungnya negara dunia ke 3 atau negara-negara berkembang terhadap ilmu-ilmu sosial barat. Bab III ini juga menjelaskan relasi antara ilmu sosial di Dunia Pertama dengan Dunia Ketiga.
Dari pembacaan sekilas terhadap buku ini saya mencoba membuat konklusi bahwa masih sangat bergantungnya ilmu sosial Dunia Ketiga dengan Dunia Pertama. Kebergantungan akademis ini semakin kuat seiring dengan adanya pembagian kerja global dalam ilmu sosial antara Dunia Pertama dengan Dunia Ketiga. Pembagian kerja global ini sesungguhnya membuat struktur kebergantungan akademis semakin berakar kuat dalam negara Dunia Ketiga. Mereka akan sulit beranjak dari obyek dan mustahil menjadi subyek manakala struktur semacam ini tidak pernah diubah. Bahkan yang lebih parah mereka akan menjadi obyek spesimen dan selalu mengekor serta mengiyakan apa yang diperintahkan Dunia Pertama.
Kebergantungan akademis adalah sebuah teori dari Brazil tentang kebergantungan  global pada ilmu-ilmu sosial. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa ilmuan-ilmuan Amerika Latin harus memutuskan ikatan dengan kuasa ilmu sosial Barat dan mulai mengembangkan ilmu sosial yang otonom. Dalam bab III ini penulis banyak sekali mendefinisikan istilah kebergantungan akademis. Menurutnya kebergantungan akademis adalah dominasi oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain melalui pola pikir. Jadi kebergantungan akademis dapat disebut juga imperialisme akademis secara tidak langsung tetapi tetap sebagai sebuah fenomena yang sepadan dengan imperialisme politik dan ekonomi. Perbedaannya imperialisme politik dan ekonomi selalu disadari oleh masyarakat, tetapi imperialisme akademis luput dari kesadaran masyarakat. Di buku ini dicontohkan salah satu riset sosial yang terkenal yaitu Proyek CAMELOT, proyek ini adalah salah satu contoh yang memiliki tujuan dan mengandung kebijakan imperialisme akademis dengan cara penyebaran ide-ide sosial dari Dunia Pertama.
Penulis juga mencontohkan dimensi-dimensi kebergantungan akademis Dunia Ketiga terhadap Dunia Pertama yang menurut saya itu merupakan hal mendasar yang seharusnya perlu untuk diperbaiki. Dimensi-dimensi kebergantungan itu antara lain :  (1) Kebergantungan pada gagasan,misalnya teori, metode, ilmu sosial terapan, dll                                       
(2) Kebergantungan pada media gagasan,misalnya jurnal-jurnal ilmiah, dll
(3) Kebergantungan pada teknologi pendidikan,misalnya fasilitas laboraturium dan riset
(4) Kebergantungan pada bantuan riset, misalnya beasiswa pendidikan, beasiswa riset
(5) Kebergantungan pada investasi pendidikan,misalnya program kembar, dll
(6) Kebergantungan pada permintaan barat akan keterampilan mereka,misalnya sebagai
      mitra riset junior untuk proyek yang disusun barat.
Mengulas kembali apa yang sudah dijelaskan di atas berurat akarnya kebergantungan akademis sebenarnya lebih disebabkan oleh struktur pembagian kerja global dari ilmu sosial. Struktur pembagian kerja global membuat kemajuan ilmu sosial di Dunia Ketiga menjadi terhambat. Dengan struktur pembagian kerja global para ilmuan Dunia Ketiga hanya menyibukkan diri dengan penelitian di negaranya, mereka seolah-olah membatasi diri dan membungkus dirinya. Hal ini yang membuat mereka kurang mampu untuk melihat betapa tertinggalnya mereka. Hal lain yang perlu dibetulkan adalah mentalitas dari Dunia Ketiga itu sendiri. Pandangan Superior terhadap Dunia Pertama menjadikan mentalitas mereka selalu menjadi yang kedua. Implikasinya mereka tidak dapat mengeluarkan semua ide, konsep dan pengetahuan mereka. Jika mentalitas mereka sudah diperbaiki maka struktur kebergantungan dengan sendirinya akan berubah dan tentunya pembentukan ilmu-ilmu sosial Dunia Ketiga yang otonom akan dapat terealisasikan tanpa harus lagi adanya kebergantungan akademis pada Dunia Ketiga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar