Nama :
Tiyas Dwi Puspita
NIM :
12/340431/PSA/7415
Dalam
pembahasan kali ini di dalam tulisan dipaparkan dengan jelas tentang munculnya
berbagai disiplin ilmu social di berbagai Negara Asia. Kemudian seiring dengan
perjalanan ilmu social sendiri maka di buntuti dengan berbagai kritik dari para
pemikir yang melihat adanya dominasi Eropa sebagai patokan standar keilmuan.
Eropa dan Amerika dijadikan sebagai kiblat dari ilmu social.
Para Ilmuwan
Negara-negara Asia berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan terkait dengan ilmu
social ini, terdapat suatu kelalaian yaitu pengabaian substansi local yang
secara kultural tentunya sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah
lain. Di mana para ilmuwan nasional ini berpandangan bahwa ada suatu konsep
yang melekat pada pandangan Eropa tentang paham bahwa Asia merupakan wilayah
yang tentu berbeda dalam artian berada di bawah bangsa Eropa, dengan kata lain
tentu sangat Eropa sentris.
Secara sadar untuk
mengkaji ini, tentu mau tidak mau kita akan kembali membahas tentang
kolonialisme, seolah perkembangan apapun terkait Eropa sentris akan kembali
mengingatkan kita terhadap motif penjajahan. Walaupun kebanyakan ini telah
terjadi pada era yang berbeda namun runtutan waktu memang saling tertaut.
Kebanyakan para pemikir akan termotivasi untuk mengembalikan dominasi nasional dalam
berbagai bidang untuk mengembalikan nasionalisme kenegaraan.
Para pemikir local
merasa adanya paham-paham indi yang kurang mendapat tempat dalam pengkajian
ilmu pengetahuan secara akademik di Negaranya sendiri. Dominasi paham-paham
asing telah menjadi topic wajib yang dalam penerapan di ruang lingkup wilayah
yang berbeda sebenarnya kurang sesuai, karena pengabaian jati diri atau tentang
identitas local.Namun ini akan berbeda dibeberapa Negara seperti Jepang, Cina,
dan India, walaupun paham-paham yang berbau Eropa sentris masuk secara akademik
namun dalam kehidupan sehari-hari ide-ide local tetap hidup subur dan
terlestarikan. Bahkan para pemikir Negara-Negara Asia tersebut menawarkan
berbagai tulisan yang membaeri esensi yang layak dijadikan pertimbangan.
Di Indonesia sendiri
pengkritik terhadap pemerintahan colonial tidak hanya muncul dari pribumi namun
juga dari golongan penjajah sendiri. Ini sedikit menepis tentang anggapan
tentang kenetralan seorang ilmuwan atau pemikir professional, yang tentu mementingkan
kebenaran dan kepentingan kemaslahatan orang banyak. Di dalam tulisan ini
disinggung bahwa Van leur mengajukan suatu pandangan yang patut digunakan
sebagai pertimbangan, tentang adanya kekurang sinkronan tulisan sejarah dari
barat terhadap sejarah Indonesia.
Dengan
adanya berbagai kritik yang dilontarkan oleh para ilmuwan sebagai pemikir dan
penulis sejarah, muncul berbabagai alternative dalam pembaharuan ilmu social
yang diupayakan akan lebih sesuai untuk sosio kultural masyarakat masing-masing
Negara, sehingga mempermudah pembelajaran dan membentuk substansi yang memang
dibutuhkan sesuai kondisi dan sejarah bangsa-bangsa Asia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar