Halaman

Kamis, 17 Januari 2013

Review “ Masalah Utama Ilmu Sosial di Asia: Kritik, Dioagnosis, dan Rumusan”


Nama  : Tiyas Dwi Puspita
NIM     : 12/340431/PSA/7415
           Dalam pembahasan kali ini di dalam tulisan dipaparkan dengan jelas tentang munculnya berbagai disiplin ilmu social di berbagai Negara Asia. Kemudian seiring dengan perjalanan ilmu social sendiri maka di buntuti dengan berbagai kritik dari para pemikir yang melihat adanya dominasi Eropa sebagai patokan standar keilmuan. Eropa dan Amerika dijadikan sebagai kiblat dari ilmu social.
Para Ilmuwan Negara-negara Asia berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan terkait dengan ilmu social ini, terdapat suatu kelalaian yaitu pengabaian substansi local yang secara kultural tentunya sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Di mana para ilmuwan nasional ini berpandangan bahwa ada suatu konsep yang melekat pada pandangan Eropa tentang paham bahwa Asia merupakan wilayah yang tentu berbeda dalam artian berada di bawah bangsa Eropa, dengan kata lain tentu sangat Eropa sentris.
Secara sadar untuk mengkaji ini, tentu mau tidak mau kita akan kembali membahas tentang kolonialisme, seolah perkembangan apapun terkait Eropa sentris akan kembali mengingatkan kita terhadap motif penjajahan. Walaupun kebanyakan ini telah terjadi pada era yang berbeda namun runtutan waktu memang saling tertaut. Kebanyakan para pemikir akan termotivasi untuk mengembalikan dominasi nasional dalam berbagai bidang untuk mengembalikan nasionalisme kenegaraan.
Para pemikir local merasa adanya paham-paham indi yang kurang mendapat tempat dalam pengkajian ilmu pengetahuan secara akademik di Negaranya sendiri. Dominasi paham-paham asing telah menjadi topic wajib yang dalam penerapan di ruang lingkup wilayah yang berbeda sebenarnya kurang sesuai, karena pengabaian jati diri atau tentang identitas local.Namun ini akan berbeda dibeberapa Negara seperti Jepang, Cina, dan India, walaupun paham-paham yang berbau Eropa sentris masuk secara akademik namun dalam kehidupan sehari-hari ide-ide local tetap hidup subur dan terlestarikan. Bahkan para pemikir Negara-Negara Asia tersebut menawarkan berbagai tulisan yang membaeri esensi yang layak dijadikan pertimbangan.
Di Indonesia sendiri pengkritik terhadap pemerintahan colonial tidak hanya muncul dari pribumi namun juga dari golongan penjajah sendiri. Ini sedikit menepis tentang anggapan tentang kenetralan seorang ilmuwan atau pemikir professional, yang tentu mementingkan kebenaran dan kepentingan kemaslahatan orang banyak. Di dalam tulisan ini disinggung bahwa Van leur mengajukan suatu pandangan yang patut digunakan sebagai pertimbangan, tentang adanya kekurang sinkronan tulisan sejarah dari barat terhadap sejarah Indonesia.
            Dengan adanya berbagai kritik yang dilontarkan oleh para ilmuwan sebagai pemikir dan penulis sejarah, muncul berbabagai alternative dalam pembaharuan ilmu social yang diupayakan akan lebih sesuai untuk sosio kultural masyarakat masing-masing Negara, sehingga mempermudah pembelajaran dan membentuk substansi yang memang dibutuhkan sesuai kondisi dan sejarah bangsa-bangsa Asia sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar