Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Review Hasil seminar: Michael G. Vann end Chua Seng.


Nama               : Latif Kusairi                                    
NIM                : 12/340076/PSA/07391

Michael G. Vann
 Focus pembahasan atas  dampak Perancis di Hanoi
• Transformasi kolonial di  kota
• Penciptaan kota kolonial dengan aspek
- Polarisasi rasial
- Supremasi Putih
• Jelajahi kehidupan sehari-hari di kota kolonial
Michael G Vann menjabarkan tentang bangunan kota hanoi yang banyak dpengaruhi oleh gaya Prancis. Sehingga yang terjadi ada semacam kota-kota kolonial yan ada di Indonesia. Muncul semacam kanalisasi yang baik sehingga ada semacam kontruksi bangunan yang arsitek prancis. Oleh karenanya dalam paparannya G Vann mencoba menela’ah bahwa ada semacam  hubungan yang melekat terhadap munculnya sebuah kota. Hanoi juga dibangun dalam lingkup perdagangan yang dikuasai oleh Prancis. Usahanya yang melibatkan rakyat  dalam pemanfaatan komoditas  paling menguntungkan yaitu Tonkin: rendah biaya dengan tenaga kerja manual. Bekerja sebagai perantara, Bazin memainkan peran penting dalam pengiriman ribuan petani miskin ke lokasi terpencil di wilayah Vietnam. Sehingga yang terjadi justru wilayah ini dikuasai oleh pertanian yang membangun sebuah kota kolonial.
Dalam paparan lain G Vann juga menangkap adanya semacam sejarah keseharian yang ditulis di Vietnam. Yaitu sejarah dari para pekerja petani yang harus bekerja untuk kolonial. Mereka ibarat barang dagangan yang bisa dipindahtangankan untuk bekerja dari tempat satu ke tempat lain. Sehingga cerita yang terjadi setelah perjalanan panjang dan sulit di mana mereka diperlakukan seperti kargo barang, mereka menemukan kondisi yang buruk, ada cara tidak maunusiawi, dan kesulitan yang mereka tidak dihargai. Kekurangan gizi dan penyakit yang umum dan berakhir banyak nyawa. Selain itu ada perbedaan rasial yang mencolok antara pribumi dengan Eropa. Pribumi ibaratnya hanya menumpang saja di rumahnya.
Berbeda dengan  di pedesaan ada semacam kesengsaraan seperti masa STP di Indonesia, kolonial dan manajemen perkebunan menggunakan kesengsaraan pedesaan meningkat untuk keuntungan mereka sendiri, membuat keuntungan yang lumayan pada keputusasaan petani miskin dan nafsu rakus perkebunan 'tenaga kerja” dengan memeras tenaganya. Bukan tanpa tantangan dari rakyat Vietnam, yang terjadi justru banyak dari mereka yang melakukan serangan pada orang prancis. Seperti tragedi yang dialami Bazin yang dubunuh oleh pribumi dengan berpakaian polisi. Dari kejadian itu tampak sadar bahwa kolonialisme di Vietnam akhirnya diperalihkan dengan  naratif yaitu semacam zaman liberal. Mungkin zaman waktu itu tidak lagi menghedaki perkebunan yang semacam itu, akan tetapi ada gairah tersendiri terhadap sistem liberal di berbagai wilayah. Namun bangunan dan monumen yang berasiktekstur Prancis masih banyak dijumpai di wilayah Hanoi. Inilah sebuah bentukan budaya yang justru akan mengingatkan kita terhadap sejarah.
Chua Seng.
(National University of Singapore)
Dalam paparannya, Seng lagi-lagi mengingatkan kita pada naratifisme untuk mengedepankan sejarah yang berpihak pada rakyat kecil. Dia mencontohkan adanya sosial movement di India, yang merupakan bagian sejarah India yang sangat berhasil.
Seng Juga melihat adanya semangat Kalangan Marxis dengan pendekatan ilmu Bantu lain telah mencoba membedah tentang gerakan sosial. Pandangan antropologi dan sosiologi telah membawa Negara-negara dengan mencari garis besar dari bentuk dan keteraturan yang modern dalam melihat gerakan sosial dalam perkembangan sejarahnya. Sejarah tidak hanya mengambil konsep eropa tentang pendekatan dan teknik sejarah, akan tetapi sejarah harus bergumul dengan ilmu Bantu lain untuk mencari sejarah yang seobyektif mungkin. Sartono Kartodirjo dengan peasant movement in rural Java 1888 telah membawa kita untuk menulis sejarah dengan alur sejarah yang dari kalangan bawah. Seng juga mengingatkan bahwa sejarah Singapura tidak dibangun oleh Lee Kwan Yu, tetapi  sejarah Singapura juga punya sisi sejarahnya dari kalangan rakyat kecil yang sampai sekarang masih bisa dilihat.  Hal ini bisa juga dilihat dengan Gerakan Samin di Jawa tengah dan Jawa Timur yang sampai sekarang masih bisa dilihat arus perilakunya.
Dari kuliah umum itu, seng mencoba menganalisa tentang pentingnya sejarah dimulai dari rakyat kecil, sejarah dimulai dari keseharian, sejarah bukan dimulai lagi dari para pembesar, dari para negarawan ataupun dari orang-orang yang menang.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar