Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Syed Farid Alatas: Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial

Nama : Irfan Ahmad
NIM    : 12/338870/PSA/07247

Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial 1
      Buku karangan, Syed Farid Alatas. Diskursus alternative Dalam Ilmu Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme.  Penerbit; Mizan. Yogyakarta Indonesia. Mengulas tentang wacana alternatif dalam ilmu-ilmu sosial Asia. Asia adalah entitas budaya homogen dan bahwa mungkin ada merek khas Asia ilmu sosial. Apa yang dilakukannya menunjukkan, bagaimanapun, adalah bahwa ilmu-ilmu sosial, seperti bentuk-bentuk pengetahuan lainnya, adalah sosial dan sejarah di alam dan bahwa ilmu sosial di berbagai masyarakat Asia harus dibuat relevan dengan realitas historis dan sosial (Lee 1996)2. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan memanfaatkan tradisi filosofis serta wacana populer dalam masyarakat untuk relevan dan asli konsep dan teori ilmiah sosial. Ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan ilmu sosial bebas dari ketergantungan budaya dan etnosentrisme, yaitu salah satu yang benar-benar universal (Kim 1996)3. Tujuannya bukanlah untuk menggantikan Eurosentrisme dengan ilmu sosial sama etnosentris. Asumsi bahwa ada konsep dan teori yang hanya berlaku untuk fenomena Asia menunjukkan bahwa Asia dan non-Asia sangat berbeda satu sama lain bahwa mereka membutuhkan alam semesta yang terpisah dari teori untuk menjelaskan suatu fenomena tersebut.
Dalam chapter VIII (delapan), Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial, menguraikna bagaimana perhatiannya memusatkan pada isu eropasentrisme yang muncul dalam pengajaran ilmu social, yang mana Eropasentrisme dalm kurikulum ilmu-ilmu social, dengan contoh pengajaran teori sosiologi dan mengusulkan cara menanganinya. Pada dasarnya Perkembangan Ilmu-Ilmu Sosial di Asia termasuk di dalamnya di Indonesia dalam waktu yang lama berada dalam pengaruh, dominasi serta mengadopsi ilmu-ilmu sosial yang berkembang di Eropa atau  Amerika. Kondisi yang demikian sudah berlangsung dalam waktu yang sangat lama lebih dari satu abad, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kondisi perkembangan Ilmu Sosial yang demikian telah mengundang beberapa intelektual di Asia dan juga Indonesia, untuk mempertanyakan sekaligus mencari jalan keluar, kondisi perkembangan ilmu Sosial yang memprihatinkan, dari suatu  kondisi ketidak berdayaan-ketergantungan (captive mind) dengan ilmu-ilmu Sosial Barat.
         Untuk menghadapi kondisi perkembangan Ilmu Sosial yang disebut dalam kondisi captive mind, ialah pentingnya ikhtiar untuk membangun  suatu diskursus alternative  Ilmu-Ilmu Sosial, di luar arus besar diskursus Ilmu-Ilmu sosial Barat.  Dari diskursus alternatif inilah kemudian muncul berbagai gagasan kritis tentang pentingnya melakukan indigeneousasi Ilmu-Ilmu Sosial, salah satunya, muncul gagasan pentingnya Ilmu Sosial Profetik (ISP). 
Dengan nada yang hampir sama seorang Cendekiawan Muslim Indonesia,  Kuntowijoyo, juga memberikan kritik yang tajam tentang perkembangan  Ilmu Sosial di Indonesia. Dalam pandangannya Ilmu Sosial di Indonesia mengalami proses kemandegan bahkan kehilangan kerangka nilai yang mampu mengarahkan kemana transformasi masyarakat di Indonesia digerakan. Dalam kaitan ini untuk memperbaiki kondisi ilmu-ilmu sosial di Indonesia Kuntowijoyo mengusulkan perlunya memberikan ruang untuk hadirnya apa yang disebut dengan Ilmu Sosial Profetik (ISP).
Diskusi tentang pentingnya membangun suatu dsikurusus alternative ilmu-ilmu sosial di Indonesia, memiliki makna strategis bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia dan sangatlah mendesak untuk dilakukan oleh para ilmuwan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya suatu kenyataan bahwa perkembangan ilmu–ilmu sosial  di Indonesia setelah sekian abad berjalan masih memiliki ketergantungan akademis yang  sangat tinggi dengan ilmu-ilmu sosial di Eropa atau Barat. Melalui ikhtiar untuk melahirkaan diskursus alternative dimungkinkan adanya langkah yang lebih elaboratif untuk melakukan indigenousasi ilmu-ilmu sosial di berbagai bidang keilmuan.


Syed Farid Alatas. 2010.  Diskursus alternative Dalam Ilmu Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme.  Penerbit; Mizan, Yogyakarta Indonesia.



1 Syed Farid Alatas. Diskursus alternative Dalam Ilmu Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme.  Penerbit; Mizan, Yogyakarta Indonesia. 2010.  Hlm 139.
2 Lee, Su-Hoon.  "Wither Sociology in Korea? History, Reality, and World-System."  Paper presented to the Korean Sociological Asso- ciation-International Sociological Association East Asian Regional Colloquium " The Future of Sociology in East Asia."  1996. Hlm 22-23,
3 Kim Kyong-Dong.  "Sociocultural Developments in the Republic of Korea."  In Democracy and Development in East Asia: Taiwan, South Korea, and the Philippines, edited by Thomas W. Robinson, .  Washington, DC, 1996. Hlm. 137.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar