Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Mary Catherine Wuilty Textual Empires A Reading of Early British Histories Of Southeast Asia. Conjectural Histories


Oleh
Haris Zaky Mubarak
S2 Ilmu Sejarah UGM


Ada beberapa poin penting diantara publikasi yang dilakukan  oleh Marsden  History of Sumatera” pada  1783 dan Crawfurd  History of Indian Archipelago” pada  1820.

 Satu dimensi waktu yang dapat diklasifikasikan dalam penyajian data dalam bentuk tabel. Peta yang berhubungan dengan perubahan bentuk dari berbagai macam manusia dan alam pada isi karangan  Raffles     dan Crawfurd ketika dibandingkan dengan Marsden memberikan penambahan kedalaman sejarah.. Pengklaisfikasian mendorong untuk menggolongkan kedalam   satu   kesatuan sejarah. Pada bab ini perubahan dari ”urutan sejarah” bersama dengan sejarah rekaan dan kemudian diuji didalam isi karangan Marsden, Raffles, dan Crawfurd. Keduanya “episitemis” yang eksis dan saling melengkapi didalam kerja Marsden, Raffles dan Crawfurd. Meskipun disana lebih ada tandensi Marsden mengklasifikasi penyajian data statistik dalam bentuk  tabel. Tidak jauh berbeda dengan cara kerja yang dilakukan oleh Crawfurd. Didalam “History of The Indian Archipelago”. Konteks apa “ialah” dan konteks apa “sedang”  adalah keseluruhan bagian dari  kontinuitas yang sama.[1] Menarik Saya kira cara pandang pada tataran ini bagaimana konteks masa lalu tidak dapat direndahkan hanya karena disana tidak tersedia kedekatan pengamatan ilmiah dan verifikasi, karena bagi sejarawan kekuatan untuk berpendapat dengan berdasar kontestasi pengalaman melalui pengamatan juga merupakan sebuah kebutuhan. Pada pandangan ini dapat dilihat bagaimana Marsdan dan Raffles memiliki framework penulisan hampir mirip karena keduanya merupakan naturalized.  Sedikit berbeda dengan Crawfrud yang sedikit keluar dari pola Marsden dan Raffles. Crawfurd yang enviromentalis menghadirkan konstruksi teori yang digunakan untuk menunjukkan setiap kemungkinan dalam sejarah rekaan yang ditulisnya.
  
Ø  Key Words
·         Advantage
·         Conjectural Histories
·         Environmentalis
·         Natural
·         Origin

Ø  Focus Questions

·         Apakah penulisan seperti yang dilakukan oleh Marsden,Raffles dan Crawfurd dapat diterima sebagai sebuah historiografi?
·         Apakah conjectural histories dapat diterima sebagai eksplanasi sejarah?
·         Bagaimana relevansi Conjectural Histories dengan penulisan sejarah ilmiah secara akademis?




Ø  Important Events
·         Marsden, Raffles dan Crawfurd menggunakan sejarah rekaan untuk melegitimasi peningkatan dominasi Eropa di Asia Tenggara,akan tetapi semua itu tidak dituliskan secara terang bahwa adanya legitimasi keberminatan Inggris di Asia tenggara. Menulis bagi ketiga orang ini adalah sebuah upaya terbaik dalam ekspresi ketertarikan.Selain itu rekaan sejarah juga digunakan dalam teks Marsden digunakan untuk mendesak melakukan konservasi terhadap primitif sumatera dan kebijakan isolasi. Inggris.Rekaan sejarah yang diproduksi Raffles adalah membangkitkan kejayaan dari Jawa kuno dan memanggil untuk melakukan perubahan.Adapun Crawfurd, rekaan sejarah diproduksi untuk memprediksi dan melegitimasi lingkungan kolonialisasi Eropa di Asia Tenggara sebagai hal yang alami dari pengisian sifat keaslian di daerah koloni.
Ø  Making Connections
·         Tataran Relevansi Dan Implementasi.
      Berangkat satu tulisan dari  John Bastin mengenai kealfaan banyak orang yang masih berargumen bahwa semua sumber tertulis dan dokumenter tentang sejarah Indonesia adalah yang ditulis dalam bahasa Belanda—dengan logika sederhana akibat lamanya kekuasaan Belanda di Indonesia, dibandingkan dengan para imperialis lainnya. Padahal, kata Bastin, “awal yang serius dari historiografi Indonesia terutama bukan terdapat pada karya para ahli ketimuran di Leiden ataupun Valentijn, melainkan dalam buku sejarah tebal yang diterbitkan oleh para sarjana Inggris seperti Marsden, Raffles, dan Crawfurd” (John Bastin, 1995: 122).
      Banyak kritikan mengenai kerja yang dilakukan Marsden, Raffles dan Crawfurd, utamanya Marsden yang berusaha membuktikan serangkaian fakta otentik dan menjelaskan segala sesuatu sesuai kenyataan daripada menunjukkan kreatifitas dalam berimajinasi. Ia hanya menulis dari pengamatan sederhana. Dalam konteks memanfaatkan ilmu dapat saja dikatakan tulisan seperti ini sudah ketinggalan zaman secara konsep. Namun sebagai tulisan yang diniatkan untuk menjelaskan Sumatra dan masyarakatnya - bukan masyarakat Eropa di pulau tersebut - pandangan ini tergolong maju . Sama halnya romantisme Raffles yang setelah kembali ke Inggris langsung menulis History of Java karena dorongan rasa nostalgianya selama berada di Jawa. Dan tulisan  Crawfurd pun juga menunjukkan bagaimana Ia juga mulai berpikir bagaimana memakai teori pemahaman lingkungannyauntuk menulis. Ketiganya sebagai orang Eropa berusaha memasuki sebuah dunia asing dari kehidupannya, yang bukan dalam kapasitasnya sebagai seorang akademisi tulen atau sejarawan profesional, karena hanya berdasarkan pengamatan sekilas,perjalanan kenangan (nostalgia) dan penggunaan teori pemahaman lingkungan yang sederhana saja untuk menafsirkan kajian yang kemudian disimpulkan menjadi sebuah generalisasi umum.
      Inilah yang disebut oleh Quilty sebagai cojectural history atau sejarah rekaan. Pemisahan sejarah manusia kedalam tahapan perkembangan yang berbeda memungkinkan mereka untuk tetap mempertahankan eksistensinyai berdasarkan sejarah alaminya Setiap pengamatan, pengalaman ataupun pemahaman lingkungan suasana  sebenarnya semuanya dapat dipetakan untuk berkontribusi bagi khazanah ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi peradaban manusia disepanjang zaman. Oleh karena itu, pesan implementasi yang bisa dipetik ialah kita semestinya tidak perlu ragu lagi untuk menulis tentang sesuatu hal ,terlepas dalam konteks penting atau tidak. Tulisan seperti catatan harian, laporan perjalanan, atau dokumentasi dalam hal apapun itu semua penting karena dalam rekaan yang sederhana saja semua itu akan berguna di kemudian hari, termasuk dalam unit sumber historiografi akademis, hal ini ini sangatlah membantu.


[1] Mary Catherine  Quilty,,Textual Empires,A Reading of Early British Histories of Southeast Asia (Australia, Monas Asia Institute,1998),  hlm. 41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar