Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Hambatan Dalam Meneliti Sejarah Lokal


Nama   : Akhmad Ryan Pratama
NIM    : 12/339260/PSA/07260
            Mengikuti stadium generale yang diadakan oleh jurusan ilmu sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM pada hari Kamis, 20 Desember 2012 menambah sebuah wawasan serta gagasan baru, bagaimana melakukan penelitian sejarah itu menjadi sesuatu yang mengasyikkan dan tidak membisankan. Seperti yang diungkapkan oleh Goh yang mengatakan bahwa meneliti sejarah tidak harus mengambil tema-tema yang mainstream. Beliau juga mengatakan bagaimana masyarakat umum di Singapura masih menaruh minat yang sangat kurang terhadap sejarah. Beliau pun sedikit menyampaikan pengalamannya bagaimana melakukan sebuah penelitian, kesulitan dalam melakukan sebuah intepretasi terhadap arsip. Selain itu ia juga menerangkan bagaimana peemerintah Singapura masih menrapkan sensor yang sangat ketat terhadap berbagai media massa yang dianggap tidak sesuai atau tidak pro dengan pemerintah. Goh sendiripun sedikit berkelakar bahwa ia hingga saat ini tidak memiliki pekerjaan dan masih bingung apa yang akan dilakukannya setelah lulus S3, dari universitas Chicago.
            Pembicara kedua berasal dari Michael G. Vann seorang professor yang berasal dari Sacramento University USA. Presentasi yang sangat dinamis dilakukan oleh Vann, ia menyiapkan media serta persiapan presentasi dengan sangat baik, sehingga peserta stadium generale terlihat terkesima dan sangat tertarik dengan presentasinya, hal ini diperkuat dengan banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada Vann daripada Goh. Dalam presentasinya Vann menceritakan mengenai pengalamannya ketika melakukan penelitian sejarah di Vietnam, lebih tepatnya di Hanoi. Seperti apa yang dialami hampir semua peneliti sejarah bahwa mereka harus mulai melakukan riset mereka dimulai dengan perpustakaan dan kantor Arsip. Vann pun melakukan penelitian sejarah dimulai dari kantor arsip, setiap hari ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca arsip-arsip berbahas perancis, mengamati peta, dan statistic pajak. Hingga suatu ketika akhirnya Vann mengalami sebuah kebuntuan ia merasa jenuh dengan rutinitas penelitian yang ia lakukan. Tiba-tiba muncullah sebuah ide yang tidak ia duga, ia kembali mencermati jaringan saluran air bawah tanah yang dibangun oleh pemerintah colonial Perancis.
Dengan menggabungkan konsep dasar dalam penelitiannya bahwa pemerintah colonial Perancis diidentikkan dengan modern, dan modern sangat dekat dengan kebersihan. Namun dengan mencermati data-data yang ia dapati ia menemukan sebuah ironi yang cukup mematahkan mitos, bahwa dengan adanya modernitas yang dibawa oleh Perancis mampu membuat Hanoi menjadi lebih beradab dan bersih. Dari data yang ia dapatkan menunjukkan bahwa ternyata saluran air bawah tanah yang semula dibangun sebagai upaya untuk menjaga kebersihan di kota Hanoi malah berbuah menjadi petaka. Ribuan bahkan puluhan ribu tikus berkembang biak disana dengan sangat cepat. Van menemukan hal itu dengan mengkalkulasikan jumlah tikus yang dibunuh yang setiap harinya mengalami peningkatan. Iapun akhirnya mendapatkan ide untuk menuliskan mengenai pembantain tikus dan ironi kebersihan di Hanoi.
            Apa yang bisa saya pelajari dari dua pemaparan diatas ialah bagaimana semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh kedua peneliti tersebut dalam memperhatikan detail-detail kronologis yang mungkin kurang diperhatikan. Dengan kata lain adakalanya sejarawan harus berani keluar dari arus besar yang ada dalam konsep pikiran mereka. Penelitian sejarah merupakan sebuah hasil kerja keras yang sangat rumit, dibutuhkan ketekunan untuk mencari, meneliti, serta memverifikasi data-data yang ada dan kemudian disintesiskan menjadi sebuah kesatuan tulisan yang mudah dipahami.
            Untuk meengerjakan tema-tema diluar narasi besar, biasanya para peneliti akan mengambil tema-tema yang bersifat local atau micro. Saat meneliti mengalami beberapa kendala serta permasalahan yang akan dihadapi. Namun permasalahan tersebut dapat diatasi. Menurut saya, seorang sejarawan yang akan meneliti sebuah tema sejarah, minimal harus memiliki kedekatan emosional dengan apa yang ingin dikajinya. Berdasarkan pengalaman yang saya alami kendala yang dihadapi apabila seorang sejarawan akan meneliti sejarah local atau micro history di daerah terlebih diluar Jawa, akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelusuran terhadap sumber arsip yang akan digunakan. Hal ini terjadi dikarenakan hampir sebagaian besar pengelolaan arsip yang ada diluar Jawa tidak sebaik dengan tata kelola arsip yang ada di Jawa, hal tersebut merupakan sebuah realita yang saya alami ketika melakukan penelitian sejarah di kota saya Balikpapan. Balikpapan sendiri baru memiliki sebuah gedung kearsipan yang cukup baik pada awal tahun 2011, selain itu menurut penuturan kepala arsip yang saya temui, bahwa ternyata Balikpapan baru melakukan pengarsipan sejak tahun 2005, sehingga menurut saya hal ini sangat disayangkan, mengingat berapa banyak dokumen yang hilang sejak Balikpapan berdiri menjadi sebuah kota praja pada awal tahun 1960an.
            Ketidak tersediaan sumber data yang cukup dalam melakukan sebuah riset sejarah local menyebabkan seorang sejarawan terpaksa harus mengeluarkan anggaran lebih. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi peneliti yang tidak mendapatkan bantuan dana, sehingga seringkali memiliki tema penelitian sejarah yang sangat baik dan menarik, namun ketika dibenturkan dengan ketersediaan dana akhirnya penelitian tersebut tidak dapat terlaksana. Kendala terakhir yang pernah saya alami ialah kendala bahasa, penelitian mengenai sejarah local biasanya sangat jarang dilakukan oleh orang-orang local itu sendiri. Biasanya penelitian sebelumnya atau penelitian yang sedikit berhubungan dengan tema kita sudah pernah ditulis oleh peneliti asing. Sehingga untuk mengkaji hasil penelitian tersebut dibutuhkan sebuah keterampilan bahasa asing, mengingat biasanya penelitian itu dipublikasikan dengan bahasa asing. Kemampuan penguasaan bahasa sumber menjadi sangat esensial terlebih lagi apabila tema-tema yang akan diteliti mengharuskan peneliti tersebut menggunakan arsip-arsip colonial.
Wa’allahualam Bishawab.
                    
                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar