Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia – Tanggapan terhadap Eurosentrisme oleh Syed Farid Alatas


Nama                        : Suriani
NIM                           : 12/338550/PSA/07236

Chapter 8: Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial
            Eurosentrisme dan Orientalisme, keduanya menjadi istilah yang sangat berpegaruh dalam banyak bidang, termasuk bidang akademis dan pengajaran. Dalam buku Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia, Bab 8 Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial, penulis mengajukan permasalahan Eurosentrisme dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial. Bagaimana munculnya dan upaya untuk membalikkannya melalui pengajaran Ilmu-ilmu sosial.
            Munculnya Eurosentrisme dalam pengajaran ilmu sosial berada dalam tataran teori dan konsep, dimana, banyak sekali teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan dan diterapkan dalam ilmu sosial adalah teori dan konsep dari Eropa (Barat). Selain itu, juga masalah dikotomi subjek-objek dan penempatan orang-orang Eropa sebagai perintis dan selalu berada di bagian paling depan dalam segala hal. Teoritis dan konsep dari luar Eropa diabaikan, padahal ada beberapa nama yang juga memberikan teori dan konsep yang bisa disandingkan denga teori dan konsep orang Eropa, sebagai contoh Ibn. Khaldun.
            Yang menjadi masalah selanjutnya adalah adanya kesulitan untuk meninggalkan dan beranjak dari penggunaan teori, kategori dan konsep Eropa. Namun disini, penulis menawarkan beberapa cara untuk mulai melepaskan pengajaran Ilmu sosial dari pengaruh Eurosentrisme. Cara pertama yang ditawarkan adalah metateori, maksudnya mengkaji struktur dasar teori atau konteks sosial kemunculan teori dan melakukan pengujian terhadap landasan dan metodologisnya. Selanjutnya munculkan pengimbang dari ide, teori dan konsep yang Eurosentrisme, misalnya ide dan teori Ibn. Khaldun. Bandingkan ide dan teori Ibn. Khaldun dengan ide dan teori dari barat dengan pokok dan permasalahan yang sama.
            Setelah ide dan teori pengimbang muncul, perkenalkan lebih dalam ide-ide dan teori dari orang-orang non-Eropa, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Ibn Khaldun, juga ada Jose Rizal dari Filipina, Benoy Kumar Sarkar dari India dan juga Yanagita Kunio dari Jepang. Mereka juga memberikan sumbangan dalam sejarah sosiologi selain Marx, Weber, dan juga Durkheim.
            Jika memang belum bisa beranjak dari teori dan konsep Eropa, paling tidak, dalam pengajaran Ilmu-ilmu sosial, termasuk Sosiologi, kritik atas Eurosentrisme itu mulai dilakukan agar konsep dan kategori baru di luar Eropa bisa terbentuk. Hal ini bisa dilakukan oleh staf pengajar di perguruan tinggi yang paling terutama.
            Dengan strategi pengajaran Ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi yang mewacanakan pemikiran-pemikiran dan juga teori serta ide-ide di luar eropa kemungkinan eurosentrisme akan bisa dibalikkan secara perlahan. Melalui perubahan kurikulum dalam pendidikan di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah juga menjadi cara yang signifikansinya cukup tinggi dalam melunturkan Eurosentrisme.
           
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar