Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

'Asian Values' and Southeast Asian Histories


Tugas Mata Kuliah : Historiografi
Review Artikel


'Asian Values' and Southeast Asian Histories
T. N. Harper, The Historical Journal, Vol. 40, No. 2. (Jun., 1997)
The survival of “Asian Values” as “Zivilizationkritik”
Mark. R. Thompson, Theory and Society, Vol 29 No 5 (October 2000)


Roger Kembuan / 341060


Ada lima hal yang penting menurut saya dalam membandingkan kedua tulisan ini. Yang pertama adalah, (1) kedua artikel ini membahas suatu tema yang sama yaitu tentang “Asian Values” namun dengan pemahaman yang berbeda.  Kedua, (2) latar historis dan politik yang muncul di Asia pada masa dekolonisasi 50-90an (pemerintahan yang otoriter) berpengaruh pada historiografi yang muncul pada era tersebut.
Selanjutnya yang menarik, (3) kedua tulisan ini diterbitkan pada tahun 1997 dan 2000. Sebuah periode yang dikenal dengan krisis ekonomi Asia. Krisis ini secara umum sangat mempengaruhi negara-negara Asia. Hal Keempat yang penting yaitu, (4) Thompson dalam tulisannya tidak menyinggung tentang konteks Historiografi sedangkan Harper membahas sedikit tentang peran sejarawan untuk memberi nilai terhadap sejarah Asia.
Hal lain juga yang menarik yaitu, (5) kedua tulisan ini secara umum menggambarkan pemahaman nilai-nilai Asia yang kemudian menjadi jalan untuk menjelaskan latar belakang tulisan tentang bagaimana orang Asia menulis sejarah mereka yang baru (dari neederlandsentris ke asiasentris atau indonesiasentris) oleh D.G.E. Hall dan Sue Nichterlein di artikel yang ketiga dan keempat dari tugas mata kuliah ini.

Thompson
Setelah perang dunia ke II terjadi perkembangan yang signifikan dalam masyarakat Asia secara umum. Munculnya negara-negara baru bekas jajahan kolonial yang kemudian berkembang di masa tahun 60-90an. Dalam makalah ini Harper menekankan pada Nasionalisme Jeman dan kemudian diadopsi oleh  Meiji Jepang (Asian value) yaitu tentang klaim budaya melawan demokrasi. Paham ini kemudian menjadi pandangan yang sangat mempengaruhi dan dianut oleh kebanyakan negara di Asia.
Zivilization Kritik menciptakan perbedaan budaya dan persoalan identitas dan mengatur agenda politik untuk mengatur masyarakat. Paham ini menolak individulisme yang berdasarkan barat dan mengedepankan komunalisme masyarakat yang berakar dari Asia. Namun pada kenyataannya kemudian, melahirkan pemerintahan/rezim otoriter yang menggunakan Asian Values sebagai sebuah strategi pembangunan dengan memperkuat idientitas nasional terlebih dahulu baru kemudian integrasi antara sub-suku bangsa yang ada.
Paham ini kemudian semakin popular seiring tingginya perkembangan ekonomi di tahun 70 sampai 90-an  yang tertinggi di seluruh  dunia.  Yang kemudian membuat negara-negara di Asia mulai menantang barat. namun ketika krisis di Asia tahun 1990-an kemudian membuat Asian Values pun dipertanyakan.
Menurut Thompson Asian Values ada dua yaitu developmentalism (sebelum kemakmuran diraih, demokrasi adalah sesuatu tidak harus dikedepankan (contoh yang dipakai adalah Demokrasi Pancasila Orde Baru  dan Junta Militer Burma dimana pembangunan ekonomi dan stabilitas politik dikedepankan daripada kebebasan dan hak asasi) dan post-develomentaism yang dianut oleh Singapura dan Malaysia yang cenderung dalam posisi defensive dengan modernisasi ekonomi dan pendidikan. Singapura menjadi contoh bagaimana penerapan nilai barat yang ala asia itu menjadi sukses.
 Dikaitkan dengan historiografi, pemahaman seperti ini kemudian sangat mempengaruhi sejarawan Indonesia dan asia dalam menulis sejarahnya. Sejarah menjadi pembenaran rezim,

Harper
Dalam tulisannya Harper mengemukakan tema Clash of Cilvilization tentang Timur dan Barat. Nilai Individualisme dan demokrasi dari Barat dibandingkan dengan nilai yang dianut oleh Timur yaitu Confusianisme (Komunisme), Islam (Fundamentalisme). Orang barat menilai bahwa Asia Value tidak lebih adalah manifestasi dari  paham konservatif di barat untuk melegitimasi pemerintahan yang otoriter.
Sedangkan oleh Mahatir Muhammad Asian Values adalah sebuah solusi untuk menantang noe-imperialsme dari barat dan juga sebagai penolakan terhadap sejarah yang dibangun barat. Asia values disatu sisi bersatu melawan barat tapi di satu sisi terbagi dalam visi Islam atau Confusionisme.
Harper dalam tulisannya juga membahas tentang peran para sarjana-sarjana dari barat seperti Geertz, Wolters, Anderson dll dalam membangun sejarah Asia yang baru dan melihat Asia dari perpektif yang baru.

1 komentar:

  1. Permisi mas, saya sedang dalam proses menyusun tugas akhir, dan sedang mencari Jurnal Asian Values and Southeast Asian Histories. Boleh saya minta kontak emailnya mas?

    BalasHapus