Nama :
Fatma
NIM :
12/336677/PSA/07190
Artikel ini ditulis Henri Chambert Loir
sebagai persembahan kepada Denys Lombard yang telah mengabdikan dirinya untuk
penelitian Asia. Menurutnya Denys Lombard adalah orang yang sangat berpengaruh
dalam perjalanan kariernya sebagai seorang peneliti. Denys Lombard telah
mengajarkannya memanfaatkan karangan-karangan lokal, terutama dalam bahasa
Melayu dan Jawa. Bahkan cara Denys Lombard menganalisis dan mempergunakan
karangan-karangan itu merupakan salah satu kontribusi yang terpenting pada
pembaharuan studi Indonesia setelah kemerdekaan.
Henri Chambert Loir menulis artikel ini
dengan menggunakan sumber (data sastra) Melayu dipandang dari sisi sejarah. Karya sastra
dan sejarah memang sulit dibedakan, tetapi dalam tulis
ini Henri Chamber Loir dapat membedakannya dengan baik. Ia menganalisis Hikayat Hang Tuah dengan melihat wawasan
dunia luar, serta proses penyusunan hikayat tersebut
dengan membandingkannya dengan teks-teks lain. Seperti Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu), Bustan al-Salatin dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh para sastrawan dan sejarawan mengenai Hikayat Hang Tuah. Di antaranya
V. I. Branginsky, B.
Parnickel, Denys Lombard, Francois Valentjin, Shelly Errington, Sulastri
Sutrisno, Kasim Ahmad dan karya Balai
Pustaka. Dalam lamprian artikelnya Henri Chamber Loir membandingkan beberapa
bagian teks Hikayat Hang Tuah (edisi Kassim Ahmad,1971), Sulalat al-Salatin
(Sejarah Melayu, edisi Situmorang & Teeuw, 1952) dan Bustan al-Salatin
(edisi bab II,13, oleh Iskandar,1966) tentang kota Rum (Istambul), Vijayanagar
dan Bandar Aceh.
Hikayat merupakan
bagian dari kesusateraan Melayu Tradisonal. Hikayat
Hang Tuah adalah salah satu kesusteraan Melayu yang ditulis pada abad ke 17
disemenanjung Melayu. Hikayat Hang Tuah
berisikan cerita-cerita yang tidak masuk akal. Hal ini menurut sebagian
sejarawan tidak dapat dijadikan sumber dalam penulisan sejarah.
Namun, Hikayat Hang Tuah telah
memberi gambaran tentang kehidupan politik, sosial bahkan tentang beberapa
aspek kehidupan sehari-hari, di Malaka pada abad 15.
Henri Chamber Loir menggunakan gambar
pandangan mengenai ruang dalam Hikayat
Hang Tuah yang dibuat oleh Denys Lombard. Gambar ini memperlihatkan
Hubungan Kerajaan Malaka dengan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Hubungan yang dibangun dalam gambaran Denys Lombard yakni Hubungan Kekuasaan,
perkawinan, keseimbangan, sewaktu-waktu dan pertempuran melawan Portugis (di
India dan Tiongkok) atau orang Jepang di Siam. Hal ini yang kemudian dianalisis
oleh Henri Chamber Loir dengan sumber-sumber lain. Menurutnya cerita tentang
negeri-negeri yang dikunjungi Hang Tuah adalah cerminan ruang politik kesultanan
Malaka.
Henri Chamber Loir banyak membandingan
kenyataan (fakta) dan khayalan (fiksi) yang ada dalam cerita Hikayat Hang Tuah dan Sulalat al-Salatin. Disini dibutuhkan
peran penting seorang sejarawan agar dapat menganalisis fakta dan fiksi yang
ada dalam karya sastra. Henri Chamber Loir memandang bahwa Hikayat Hang Tuah memberikan gambaran tentang ruang politik Melayu
sekitar abad 16. Setiap perjalanan Hang
Tuah berarti pengetahuan (sang tokoh sebagai wakil bangsanya menemukan
dunia) dan pengakuan (Kesultanan Malaka diakui oleh negeri-negeri besar masa
itu). Perjalanan tokoh tunggal Hang Tuah
bersifat fiktif, namun ruang itu sebenarnya ruang ideal. Olehnhya itu, Hang
Tuah semakin mencerminkan konsepsi orang Melayu tentang dunia geografis serta
kekuatan-kekuatan politik yang harus mereka hadapi. Selain itu, tema penemuan
dunia itu dapat dipandang sebagai materi epos menunjukan mentalitas zaman itu. Kisah nyata dan fiktif dalam naskah
merupakan sumber tentang suatu konsep dalam mentalitas zaman itu. Analisis Henry Chambert Loir terhadap Hikayat Hang Tuah menunjukan bahwa
meskipun sebagian cerita adalah fiktif, namun dapat digunakan sebagai sumber
sejarah.
Berdasarkan penjelasaan di atas
maka Hikayat Hang Tuah dapat di
kategorikan sebagai Historiografi tradisional Melayu. Kesusateraan Melayu
tradisional adalah bagian dari Historiografi tadisional. Ciri-ciri
historiografi tradisional antara lain, ceritanya umumnya berupa mitos ataupun
legenda yang terjadi di luar nalar manusia, tokoh cerita terkadang dipandang
sebagai sosok manusia setengah dewa dan ceritanya berkisar pada kalangan
istana, tempat terjadinya peristiwa berada antara alam nyata dan khayangan dan
umumnya bersifat anakronik. Meskipun cerita di dalamnya tidak
sepenuhnya mengandung fakta, namun karya tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber sejarah, sebab karya dapat
menjelaskan mentalitas dan perilaku kebudayaan masyarakat.
Sebagaimana
disampaikan oleh Kuntowijoyo, baik sejarah maupun sastra, keduanya merekam
realitas, tetapi sejarah adalah ilmu, sastra adalah imajinasi. Hikayat Hang Tuah merupakan bentuk
historiografi tradisional sekaligus sebagai sumber sejarah. Menurut Bambang
Purwanto, karya
sastra seperti Hikayat
Hang Tuah merupakan
refleksi dari sebuah tradisi yang menyejarah. Sebagai
sebuah tradisi, paling tidak ada empat fungsi utama dari karya-karya sastra itu
seperti itu. Pertama, sebagai alat
dokumentasi. Kedua, sebagai media
untuk mentransfer memori masa lalu antar generasi. Ketiga, sebagai alat untuk membangun legitimasi. Keempat, sebagai bentuk ekspresi
intelektual. Sumber-sumber tersebut juga mengandung realitas
historis sepanjang sejarawan yang memanfaatkannya dibekali dengan seperangkat
metode dan metodologi yang mampu menghadirkan realitas yang tersembunyi di
dalam teks (Bambang Purwanto, 2006: 90-98).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar