Nama :
Suriani
No.Mhs : 12/338550/PSA/7236
Mata Kuliah :
Historiografi
Abad Ke-18 Sebagai Kategori
dalam Penulisan Sejarah Indonesia (J.C. Van Leur)
Historiografi
Indonesia Pada Abad-18
Dalam tulisan ini Van Leur berusaha
memperlihatkan penulisan sejarah “Indonesia” pada abad ke-18, yang dalam hal
ini adalah berkutat pada penulisan sejarah “Kumpeni”.
Namun pada akhirnya “indonesia” yang dimaksudkan disini bukanlah sepenuhnya
Indonesia kita sekarang. Selanjutnya
Leur juga melihat perbandingan antara fakta-fakta yang bertolak belakang dengan
penulisan sejarah pada masa itu. Leur menganggap abad ke-18 sebagai masa
penting dalam pengungkapan penulisan sejarah kumpeni dan Indonesia selanjutnya karena “sejarah kumpeni” di abad ke-18 adalah bayangan cermin
dari sejarah tanah air, juga dari sejarah Eropa di zaman itu”[1].
Kronologi
dalam penulisan sejarah Indonesia pada abad ke-18 adalah kronologi yang
berdasarkan pada pergantian jabatan Gubernur Jendral, karena pada masa
tersebut, Indonesia yang sekarang berada dalam era VOC. Kronologi tersebut
adalah krnologi yang digunakan oleh Du Bois, namun kronologi tersebut tidaklah
relevan. Karena tidak melihat sejarah secara menyeluruh.
Leur mengungkapkan
penulisan sejarah “Indonesia” dan wilayah Asia dengan bertolak pada aspek
perekonomian dan perdagangan khususnya. Leur melihat penggambaran sejarah abad
ke-18 dipenuhi dengan penderitaan dan kemelaratan yang tak terhingga. Padahal,
di Asia, pada masa tersebut perdagangannya sangat berkembang. Penggambaran
tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Mengambil contoh Inggris,
yang pada tahun 1790 digambarkan dengan kesuraman dan ketakutkan akan masa
depannya. Namun pada kenyataannya, Inggris masih sanggup bertahan dalam
peperangan dua puluh lima tahun dengan
Prancis.
Penggambaran
tersebut berpengaruh juga pada penggambaran sejarah Indonesia. Pada abad ke-18,
Indonesia juga digambarkan sedang merana dan mengalami kemunduran dengan adanya
penutupan akses perdagangan dengan dunia luar di pantai-pantai Indonesia dan kumpenilah yang menguasai segala-galanya.
Namun catatan-catatan sejarah tidak ada yang membenarkan kenyataan tersebut, sumber-sumber
tercatat dari kantor-kantor pemerintahan kumpeni
di luar Jawa sangat sedikit. Akan tetapi, karena penulisan sejarah berpusat
pada kumpeni, yang merupakan suatu
kekuasaan politik, maka ada kebebasan pada“nya” untuk mengatur hal tersebut.
Walau demikian, tidak semua penulisan itu tidak benar, tetap ada fakta yang
memang benar.
Selanjutnya,
jika dalam penulisan sejarah Indonesia pada abad ke-18 keluar dari bingkai kumpeni, maka ada fakta-fakta yang bisa
diungkapkan, yang tadinya tersembunyi didalamnya. Contohnya adalah tentang
aspek perekonomian Indonesia pada masa itu. Pada abad ke-18 tersebut, di pulau Jawa ada komoditi gula dan kopi yang
menjadi barang ekspor ke Eropa dan daerah luar Indonesia lainnya. Memang benar
pada masa itu monopoli perdagangan kumpeni
sedang berlangsung, namun kontak perdagangan dengan dunia luar masih tetap
terjadi melalui penyelundupan. Sejarah penyelundupan barang-barang ekspor dari Eropa dan Asia merupakan bagian yang
tak dapat dipisahkan dari susunan ekonomi dan bagian yang juga harus
dipertimbangkan dalam menilai keadaan ekonomi Indonesia pada abad ke-18[2].
Ada hal
menarik lainnya juga yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu masalah kemunduran kumpeni atau yang dalam pengetahuan kita
adalah VOC. Fakta korupsi dalam “tubuh” VOC lah yang menjadi penyebab
kemunduran VOC sedikit digeser, ada fakta-fakta lain yang memainkan peran besar
dalam kemundurannya. Alasan perekonomian bukanlah menjadi faktor utama, tapi
ada faktor lainnya, seperti masalah ikatan politik dengan Ancien-Regime, dan
kelumpuhan kumpeni di bidang maritim.
Melalui
tulisan ini Leur mengungkapkan subjektivitas penulisan kumpeni terlihat begitu nyata. Leur mencoba menulis sejarah dengan
sudut pandang yang berbeda, ia menempatkan dirinya dalam posisi yang
bersebrangan dengan kumpeni. Namun
Leur, yang memang merupakan bagian dari kumpeni
itu sendiri, juga sedikit melakukan pembelaan terhadap kejelekan kumpeni (VOC), dengan fakta korup yang
coba digeser dengan faktor-faktor lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar