Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

“Ruang Politik Dalam Hikayat Hang Tuah” dalam Sultan, Pahlawan dan Hakim oleh Henri Chambert-Loir; 2011


Nama              : Fatma
NIM                : 12/336677/PSA/07190

Artikel ini ditulis Henri Chambert Loir sebagai persembahan kepada Denys Lombard yang telah mengabdikan dirinya untuk penelitian Asia. Menurutnya Denys Lombard adalah orang yang sangat berpengaruh dalam perjalanan kariernya sebagai seorang peneliti. Denys Lombard telah mengajarkannya memanfaatkan karangan-karangan lokal, terutama dalam bahasa Melayu dan Jawa. Bahkan cara Denys Lombard menganalisis dan mempergunakan karangan-karangan itu merupakan salah satu kontribusi yang terpenting pada pembaharuan studi Indonesia setelah kemerdekaan.
Henri Chambert Loir menulis artikel ini dengan menggunakan sumber (data sastra) Melayu dipandang dari sisi sejarah. Karya sastra dan sejarah memang sulit dibedakan, tetapi dalam tulis ini Henri Chamber Loir dapat membedakannya dengan baik. Ia menganalisis Hikayat Hang Tuah dengan melihat wawasan dunia luar, serta proses penyusunan hikayat tersebut dengan membandingkannya dengan teks-teks lain. Seperti Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu), Bustan al-Salatin dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para sastrawan dan sejarawan mengenai Hikayat Hang Tuah. Di antaranya V. I. Branginsky, B. Parnickel, Denys Lombard, Francois Valentjin, Shelly Errington, Sulastri Sutrisno,  Kasim Ahmad dan karya Balai Pustaka. Dalam lamprian artikelnya Henri Chamber Loir membandingkan beberapa bagian teks Hikayat Hang Tuah (edisi Kassim Ahmad,1971), Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu, edisi Situmorang & Teeuw, 1952) dan Bustan al-Salatin (edisi bab II,13, oleh Iskandar,1966) tentang kota Rum (Istambul), Vijayanagar dan Bandar Aceh.
Hikayat merupakan bagian dari kesusateraan Melayu Tradisonal. Hikayat Hang Tuah adalah salah satu kesusteraan Melayu yang ditulis pada abad ke 17 disemenanjung Melayu. Hikayat Hang Tuah berisikan cerita-cerita yang tidak masuk akal. Hal ini menurut sebagian sejarawan tidak   dapat dijadikan sumber dalam penulisan sejarah. Namun, Hikayat Hang Tuah telah memberi gambaran tentang kehidupan politik, sosial bahkan tentang beberapa aspek kehidupan sehari-hari, di Malaka pada abad 15.
Henri Chamber Loir menggunakan gambar pandangan mengenai ruang dalam Hikayat Hang Tuah yang dibuat oleh Denys Lombard. Gambar ini memperlihatkan Hubungan Kerajaan Malaka dengan wilayah-wilayah di sekitarnya. Hubungan yang dibangun dalam gambaran Denys Lombard yakni Hubungan Kekuasaan, perkawinan, keseimbangan, sewaktu-waktu dan pertempuran melawan Portugis (di India dan Tiongkok) atau orang Jepang di Siam. Hal ini yang kemudian dianalisis oleh Henri Chamber Loir dengan sumber-sumber lain. Menurutnya cerita tentang negeri-negeri yang dikunjungi Hang Tuah adalah cerminan ruang politik kesultanan Malaka.
Henri Chamber Loir banyak membandingan kenyataan (fakta) dan khayalan (fiksi) yang ada dalam cerita Hikayat Hang Tuah dan Sulalat al-Salatin. Disini dibutuhkan peran penting seorang sejarawan agar dapat menganalisis fakta dan fiksi yang ada dalam karya sastra. Henri Chamber Loir memandang bahwa Hikayat Hang Tuah memberikan gambaran tentang ruang politik Melayu sekitar abad 16. Setiap perjalanan Hang Tuah berarti pengetahuan (sang tokoh sebagai wakil bangsanya menemukan dunia) dan pengakuan (Kesultanan Malaka diakui oleh negeri-negeri besar masa itu). Perjalanan tokoh tunggal Hang Tuah bersifat fiktif, namun ruang itu sebenarnya ruang ideal. Olehnhya itu, Hang Tuah semakin mencerminkan konsepsi orang Melayu tentang dunia geografis serta kekuatan-kekuatan politik yang harus mereka hadapi. Selain itu, tema penemuan dunia itu dapat dipandang sebagai materi epos menunjukan mentalitas zaman itu. Kisah nyata dan fiktif dalam naskah merupakan sumber tentang suatu konsep dalam mentalitas zaman itu. Analisis Henry Chambert Loir terhadap Hikayat Hang Tuah menunjukan bahwa meskipun sebagian cerita adalah fiktif, namun dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Berdasarkan penjelasaan di atas maka Hikayat Hang Tuah dapat di kategorikan sebagai Historiografi tradisional Melayu. Kesusateraan Melayu tradisional adalah bagian dari Historiografi tadisional. Ciri-ciri historiografi tradisional antara lain, ceritanya umumnya berupa mitos ataupun legenda yang terjadi di luar nalar manusia, tokoh cerita terkadang dipandang sebagai sosok manusia setengah dewa dan ceritanya berkisar pada kalangan istana, tempat terjadinya peristiwa berada antara alam nyata dan  khayangan dan umumnya bersifat anakronik. Meskipun cerita di dalamnya tidak sepenuhnya mengandung fakta, namun karya tersebut dapat dijadikan sebagai sumber sejarah, sebab karya dapat menjelaskan mentalitas dan perilaku kebudayaan masyarakat.
Sebagaimana disampaikan oleh Kuntowijoyo, baik sejarah maupun sastra, keduanya merekam realitas, tetapi sejarah adalah ilmu, sastra adalah imajinasi. Hikayat Hang Tuah merupakan bentuk historiografi tradisional sekaligus sebagai sumber sejarah. Menurut Bambang Purwanto, karya sastra seperti Hikayat Hang Tuah merupakan refleksi dari sebuah tradisi yang menyejarah. Sebagai sebuah tradisi, paling tidak ada empat fungsi utama dari karya-karya sastra itu seperti itu. Pertama, sebagai alat dokumentasi. Kedua, sebagai media untuk mentransfer memori masa lalu antar generasi. Ketiga, sebagai alat untuk membangun legitimasi. Keempat, sebagai bentuk ekspresi intelektual. Sumber-sumber tersebut juga mengandung realitas historis sepanjang sejarawan yang memanfaatkannya dibekali dengan seperangkat metode dan metodologi yang mampu menghadirkan realitas yang tersembunyi di dalam teks (Bambang Purwanto, 2006: 90-98).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar