NIM
: 12/338870/PSA/07247
Buku karangan,
Syed Farid Alatas. Diskursus alternative
Dalam Ilmu Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme. Penerbit; Mizan. Yogyakarta Indonesia. Mengulas tentang wacana
alternatif dalam ilmu-ilmu sosial Asia. Asia adalah entitas budaya homogen dan
bahwa mungkin ada merek khas Asia ilmu sosial. Apa yang dilakukannya
menunjukkan, bagaimanapun, adalah bahwa ilmu-ilmu sosial, seperti bentuk-bentuk
pengetahuan lainnya, adalah sosial dan sejarah di alam dan bahwa ilmu sosial di
berbagai masyarakat Asia harus dibuat relevan dengan realitas historis dan
sosial (Lee 1996)2. Salah satu cara untuk
mencapai ini adalah dengan memanfaatkan tradisi filosofis serta wacana populer
dalam masyarakat untuk relevan dan asli konsep dan teori ilmiah sosial. Ini
merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan ilmu sosial bebas dari ketergantungan
budaya dan etnosentrisme, yaitu salah satu yang benar-benar universal (Kim
1996)3. Tujuannya bukanlah untuk menggantikan
Eurosentrisme dengan ilmu sosial sama etnosentris. Asumsi bahwa ada konsep dan
teori yang hanya berlaku untuk fenomena Asia menunjukkan bahwa Asia dan
non-Asia sangat berbeda satu sama lain bahwa mereka membutuhkan alam semesta
yang terpisah dari teori untuk menjelaskan suatu fenomena tersebut.
Dalam chapter VIII (delapan), Menimbang Kembali Pengajaran Ilmu Sosial, menguraikna
bagaimana perhatiannya memusatkan pada isu eropasentrisme yang muncul dalam pengajaran ilmu social, yang
mana Eropasentrisme dalm kurikulum ilmu-ilmu social, dengan contoh pengajaran
teori sosiologi dan mengusulkan cara menanganinya. Pada dasarnya Perkembangan
Ilmu-Ilmu Sosial di Asia termasuk di dalamnya di Indonesia dalam waktu yang
lama berada dalam pengaruh, dominasi serta mengadopsi ilmu-ilmu sosial yang
berkembang di Eropa atau Amerika.
Kondisi yang demikian sudah berlangsung dalam waktu yang sangat lama lebih dari
satu abad, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kondisi perkembangan
Ilmu Sosial yang demikian telah mengundang beberapa intelektual di Asia dan
juga Indonesia, untuk mempertanyakan sekaligus mencari jalan keluar, kondisi
perkembangan ilmu Sosial yang memprihatinkan, dari suatu kondisi ketidak berdayaan-ketergantungan (captive mind) dengan ilmu-ilmu Sosial
Barat.
Untuk
menghadapi kondisi perkembangan Ilmu Sosial yang disebut dalam kondisi captive mind, ialah pentingnya ikhtiar
untuk membangun suatu diskursus
alternative Ilmu-Ilmu Sosial, di luar
arus besar diskursus Ilmu-Ilmu sosial Barat.
Dari diskursus alternatif inilah kemudian muncul berbagai gagasan kritis
tentang pentingnya melakukan indigeneousasi Ilmu-Ilmu Sosial, salah satunya,
muncul gagasan pentingnya Ilmu Sosial Profetik (ISP).
Dengan nada
yang hampir sama seorang Cendekiawan Muslim Indonesia, Kuntowijoyo, juga memberikan kritik yang
tajam tentang perkembangan Ilmu Sosial
di Indonesia. Dalam pandangannya Ilmu Sosial di Indonesia mengalami proses
kemandegan bahkan kehilangan kerangka nilai yang mampu mengarahkan kemana
transformasi masyarakat di Indonesia digerakan. Dalam kaitan ini untuk
memperbaiki kondisi ilmu-ilmu sosial di Indonesia Kuntowijoyo mengusulkan perlunya
memberikan ruang untuk hadirnya apa yang disebut dengan Ilmu Sosial Profetik
(ISP).
Diskusi
tentang pentingnya membangun suatu dsikurusus alternative ilmu-ilmu sosial di
Indonesia, memiliki makna strategis bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial di
Indonesia dan sangatlah mendesak untuk dilakukan oleh para ilmuwan Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan oleh adanya suatu kenyataan bahwa perkembangan
ilmu–ilmu sosial di Indonesia setelah
sekian abad berjalan masih memiliki ketergantungan akademis yang sangat tinggi dengan ilmu-ilmu sosial di
Eropa atau Barat. Melalui ikhtiar untuk melahirkaan diskursus alternative
dimungkinkan adanya langkah yang lebih elaboratif untuk melakukan indigenousasi
ilmu-ilmu sosial di berbagai bidang keilmuan.
Syed Farid Alatas. 2010. Diskursus alternative Dalam Ilmu
Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme.
Penerbit; Mizan, Yogyakarta Indonesia.
1
Syed Farid
Alatas. Diskursus alternative
Dalam Ilmu Sosial Asia, Tanggapan terhadap Euroseintrisme. Penerbit; Mizan, Yogyakarta Indonesia. 2010. Hlm 139.
2 Lee,
Su-Hoon. "Wither Sociology in Korea? History, Reality, and
World-System." Paper presented to
the Korean Sociological Asso- ciation-International Sociological Association
East Asian Regional Colloquium " The Future of Sociology in East
Asia." 1996.
Hlm 22-23,
3 Kim
Kyong-Dong. "Sociocultural Developments in the Republic of Korea." In Democracy and Development in East Asia:
Taiwan, South Korea, and the Philippines, edited by Thomas W. Robinson, . Washington, DC, 1996. Hlm. 137.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar